Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kurikulum Merdeka dan Demokratisasi Pembelajaran

18 Februari 2022   15:52 Diperbarui: 19 Februari 2022   09:45 6807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pada penerapan Kurikulum Merdeka, refleksi menjadi bagian penting yang tidak boleh ditinggalkan, baik oleh siswa, guru, maupun kepala sekolah.| Sumber: Dok Tanoto Foundation via Kompas.com

Pembelajaran terdiferensiasi atau pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik sangat disarankan dilaksanakan oleh guru dalam rangka menerapkan pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik. 

Hal ini memang bukan hal yang mudah. Guru dituntut untuk semakin kreatif menerjemahkan harapan dan keinginan peserta didik. Kuncinya, guru harus belajar dan terus belajar beragam strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan karakter peserta didik.

Beragam sumber belajar saat ini sudah banyak tersedia baik pada modul, aplikasi, atau internet, baik yang difasilitasi oleh Kemdikbudristek maupun oleh organisasi profesi dan komunitas belajar guru. Apalagi di tengah tuntuntan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran, guru saat ini mau tidak mau harus mau beradaptasi agar tetap bisa memberikan layanan pembelajaran yang optimal kepada peserta didik. 

Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret 2020 telah "memaksa" guru untuk belajar TIK karena ada perubahan pembelajaran yang pada awalnya tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan sistem dalam jaringan (daring) atau belajar dari rumah (BDR). Walau demikian, bagi peserta didik yang terbatas oleh fasilitas laptop/smartphone, akses dan internet tetap diberikan pilihan pembelajaran luar jaringan (luring).

Pembelajaran yang menantang sekaligus menyenangkan perlu menjadi pengalaman yang berkesan bagi peserta didik. Pembelajaran kooperatif dan kolaboratif berbasis proyek sangat disarankan untuk mewujudkan hal tersebut. Terlebih lagi, saat ini guru diharapkan turut membangun karakter profil Pelajar Pancasila yang diantaranya dilaksanakan dalam bentuk proyek pembelajaran.

Demokratisasi dalam pembelajaran sangat terasa di era merdeka belajar saat ini. Tinggal bagaimana sekolah dan guru memanfaatkan hal tersebut dengan sebaik-baiknya. Apapun jenis kurikulum yang digunakan oleh sekolah dan apapun strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru, fokus utamanya adalah kepada peserta didik.

Oleh: IDRIS APANDI

(Praktisi Pendidikan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun