Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Refleksi Pascapembagian Rapor

8 Januari 2022   17:42 Diperbarui: 9 Januari 2022   22:36 1533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kegiatan belajar di kelas.| | Sumber: ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN

Agar pembelajaran yang dilakukannya sesuai dengan karakter dan kebutuhan peserta didik, guru juga sebaiknya melakukan melakukan asesmen diagnostik sebelum pembelajaran. 

Bentuknya bisa asesmen kognitif atau nonkognitif. Asesmen kognitif misalnya berupa soal-soal untuk mengukur kemampuan awal peserta didik, sedangkan asesmen nonkonitif dalam bentuk angket, tanya jawab, wawancara, observasi, atau meminta peserta memilih emoticon yang menggambarkan perasaannya saat belajar materi tertentu.

Bagi Orangtua

Orangtua tentunya senang dan bangga saat nilai rapor anaknya bagus. Walau demikian, jika mendapati kenyataan ada nilai rapor anaknya yang rendah atau belum mencapai KKM, orangtua jangan langsung menghakimi anaknya. 

Langkah yang bijak adalah orangtua pun perlu merefleksi sejauh mana bimbingannya dalam proses belajar anaknya di rumah. Apalagi sejak Awal Maret 2020 sampai dengan Desember 2021 proses pembelajaran dilaksanakan di rumah sehubungan dengan pandemi Covid-19.

Mata pelajaran yang pelajari oleh peserta didik cukup banyak, apalagi pada jenjang SMP, SMA, atau SMK. Jumlahnya bisa mencapai belasan mata pelajaran. 

Selama ini ada anggapan bahwa siswa yang pintar jika mendapatkan nilai yang tinggi pada setiap mata pelajaran. Ukurannya bersifat kuantitatif. 

Hal tersebut tentunya kurang adil bagi anak, karena setiap anak memiliki kemampuan yang beragam. Setiap anak adalah unik. Ibaratnya, jangan meminta ikan untuk naik pohon karena pasti akan bodoh dan gagal.

Saat ada satu atau dua mata pelajaran yang nilainya rendah, sebaiknya orangtua fokus pada mata pelajaran-mata pelajaran yang nilainya bagus. Berikan apresiasi terhadap perjuangan anak. 

Kemudian, berikan motivasi agar memperbaiki atau meningkatkan nilai yang rendah. Minta anak untuk segera menghubungi guru mata pelajaran yang nilai rendah untuk perbaikan nilai sekaligus memantau perkembangannya. Inilah hakikat pendidikan yang memanusiakan.

Dengan adanya refleksi dari peserta didik, guru, dan orangtua, maka kesuksesan seorang anak didik adalah keberhasilan bersama. Namun, jika masih ada masalah, maka semua pihak harus melakukan refleksi agar tidak terjadi saling menyalahkan atau membebankan kesalahan pada salah satu pihak. Wallaahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun