Oleh karena itu, kepala sekolah jangan sampai ketinggalan informasi terkait kebijakan pendidikan. Caranya? Ya dengan banyak membaca dan mendapatkan sosialisasi dari pemerintah selaku pembuat kebijakan.
Di era digital dan begitu familiarnya media sosial yang saat ini sudah banyak digunakan, berbagai informasi dengan sangat mudahnya tersebar dari satu grup WA ke grup WA yang lain.Â
Media sosial harus benar-benar dioptimalkan untuk mendapatkan informasi atau ilmu pengetahuan.
Membangun atau mengembangkan sekolah yang bermutu memang bukan pekerjaan yang mudah.Â
Diperlukan kepala sekolah yang memiliki visi yang jelas, memiliki komitmen, kesungguhan, ketahanpayahan, mampu menggerakkan berbagai sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia (pendidik dan tenaga kependidikan) maupun sumber daya dalam dana dan sarana-prasarana.Â
Selain itu, dia pun harus lincah, menjemput bola alias pandai menangkap peluang dan mampu membangun kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan baik dengan instansi pemerintah, dunia usaha/dunia industri, maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Sekolah yang bermutu biasanya akan menjadi "sekolah pavorit" bagi masyarakat khususnya yang kritis terhadap mutu pendidikan.Â
Walaupun saat ini dengan penerapan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dengan menggunakan sistem zonasi diharapkan tidak ada lagi istilah sekolah pavorit dan sekolah nonpavorit, tetapi kenyataannya, anggapan tersebut sulit hilang dari masyarakat.Â
Sekolah yang bermutu akan melahirkan lulusan yang bermutu. Hal tersebut yang menjadi daya tarik sekolah di mata masyarakat.
Seiring dengan perkembangan zaman, tantangan yang dihadapi oleh sekolah semakin besar. Pemerintah dan masyarakat berharap agar sekolah bisa meningkatkan mutu.
Dunia usaha pun, berharap agar sekolah, khususnya sekolah kejuruan bisa menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.Â