Berdasarkan kepada hal tersebut, walau pada masa pandemi, semangat berliterasi tetap bisa dipertahankan atau bahkan bisa dikembangkan melalui berbagai variasi program atau kegiatan. Syaratnya, perlu komitmen dan kesungguhan berbagai pihak terkait seperti kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik. Hal tersebut memang tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Saya mengamati cukup banyak kepala sekolah, guru, bahkan peserta didik yang menghasilkan karya berupa artikel, buku, atau dalam bentuk lainnya sebagai bentuk aktivitas literasi pada masa pandemi. Hal ini menjadi sebuah indikator bahwa masa pandemi tidak menjadi alas an bagi mereka untuk membangun dan mengembangkan budaya literasi.
Pihak Dinas Pendidikan pun mendorong agar sekolah-sekolah tetap mempertahankan semangat berliterasi. Begitupun organisasi profesi guru dan komunitas ikut mengampanyekan budaya budaya literasi. Diantara dengan melakukan berbagai webinar, workshop secara daring, tantangan menulis. Dan ternyata, banyak yang berhasil menjawab tantangan tersebut karena memiliki semangat dan komitmen yang tinggi untuk melakukannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H