JANGAN-JANGAN DOA MEREKA YANG DIKABULKAN OLEH TUHAN?
Oleh: IDRIS APANDI
Â
"Hatur nuhun. Sing beunghar, sing sehat" (Terima kasih. Semoga (Anda) kaya. Semoga (Anda) sehat. Ucapan itu meluncur dari mulut seorang tukang parkir kepada saya setelah  saya memberian uang parkir kepadanya di sebuah mini market. Secara refleks, saya pun menimpalinya dengan ucapan "aamiin yra."
Sambil memacu kendaraan yang saya kendarai, saya merenung bahwa jangan-jangan saya selama ini sehat dan alhamdulillah jika diberikan kelancaran rezeki, hal tersebut adalah berkah dari doa-doa orang lain terhadap saya, bukan dari doa yang saya panjatkan sendiri selepas melaksanakan salat atau pada kesempatan lainnya kepada Allah SWT karena salat dan doa saya belum tentu khusyu atau terhalang oleh dosa-dosa yang saya lakukan.
Jangan-jangan saya bisa selamat dan terhindar tidak luka berat saat saya jatuh dari motor sekian tahun yang lalu juga karena doa-doa orang lain. Saya ingat terhadap sebuah hadits Nabi yang artinya sedekah bisa menolak bala' (musibah). Mungkin hal yang saya pernah saya alami adalah bukti kebenaran keutamaan sedekah.
Tentu alangkah senangnya jika kita didoakan yang baik-baik oleh orang lain. Dan biasanya kita mengucapkan "aamiin" sebagai bentuk persetujuan dan mengharapkan hal yang sama. Saya memiliki pengalaman, jika selepas salat berjamaah di masjid atau bertemu di jalan dengan salah seorang tetangga saya, sambil memegang erat tangan saya, Beliau selalu mendoakan semoga saya beserta keluarga sehat. Sambil memegang tangannya erat juga, saya mengucapkan "Aamiin yra. Doa yang sama buat bapak." Plong rasanya. Damai hati ini saat sesama saudara, sesama tetangga, dan sesama manusia saling mendoakan dalam kebaikan.
Pada pengalaman yang lain, maaf, bukan bermaksud riya, saya pernah memberikan sedikit rezeki kepada seseorang. Dia tampak sangat senang menerimanya. Wajahnya sumringah. Uang yang saya berikan padanya disimpannya di atas kepalanya sambil dia berdoa panjang lebar.Â
Dalam hati saya bicara. "Subhanallaah. Ahamdulilaah. Saya mendapatkan banyak doa dari orang lain. Sungguh sebuah hal yang sangat berharga bagi saya." Pelajaran yang saya ambil dari kisah tersebut, kita harus banyak berbuat baik kepada orang lain, walau pun istilahnya hanya memberi sebutir permen atau hanya sebuah senyuman yang tulus.
Kita tentu senang kalau pemberian kita bermanfaat bagi orang lain. Sangat senang jika bantuan kita bisa meringankan beban orang lain, dan sangat senang kalau orang lain menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan kita. Tetapi tidak tertutup kemungkinan kita pun suatu saat kesal saat bantuan yang diberikan kepada orang lain tidak dibalas terima kasih oleh mereka. Istilahnya, "air susu dibalas air tuba".Â
Walau demikian, jangan berhenti atau jangan kapok untuk berbuat baik. Tuhan tidak tidur. Setiap kebaikan hamba-Nya pasti dicatat oleh-Nya. Ibarat melempar bola ke dinding, kebaikan yang diberikan kepada orang lain, akan kembali lagi kepada kita. Begitu pun kalau berbuat keburukan kepada orang lain, balasannya akan kembali kepada kita.
Kita jangan merasa angkuh dengan banyak ibadah yang kita lakukan. Kita jangan terlalu percaya diri bahwa doa-doa yang kita panjatkan pasti akan dikabulkan oleh Tuhan. Kita jangan merasa bahwa kita sudah beribadah dengan khusyu dan ikhlas. Hanya Tuhan yang paling tahu kualitas ibadah kita. Hal yang perlu kita lakukan adalah senantiasa memperbaiki diri dan banyak melakukan introspeksi diri. Beribadah dalam senyap. Tidak dilandasi riya (ingin dilihat orang lain) atau sum'ah (ingin didengar oleh orang lain). Hal ini memang tidak mudah, tetapi kita wajib berupaya mewujudkannya.
Selain memperbanyak doa oleh diri sendiri, juga perlu banyak memohon doa dari orang lain. Kita pun tentunya harus sering mendoakan orang lain. Jangan egois. Ingin didoakan orang lain, tapi tidak mendoakan orang lain. Kita tidak tahun doa mana yang dikabulkan. Semakin banyak yang mendoakan, tentunya harapan untuk dikabulkan oleh Tuhan semakin besar.
Doa dari orang-orang yang benar-benar merasakan manfaat dari bantuan atau keberadaan kita menurut saya adalah sebuah alat yang sangat ampuh untuk mengetuk "pintu langit". Jadi, kalau suatu saat kita sukses, rezeki berlimpah, diri sendiri dan keluarga sehat, maka jangan merasa apa yang dirasakan itu adalah murni hasil kerja keras diri sendiri, tetapi ada kontribusi doa orang lain.Â
Apalagi doa dari orang tua, tentunya sangat manjur. Banyak bersyukur dan bersedekah adalah cara kita menyikapi rezeki yang telah diterima. Rezeki di sini bukan hanya dalam arti harta atau materi, tetapi juga dalam bentuk kesehatan, keselamatan, atau keluarga yang rukun.
Jangan pernah bosan untuk berbuat baik kepada orang lain. Nilai sebuah kebaikan di hadapan Tuhan bukan terletak pada besar-kecil bantuan yang diberikan, tetapi kepada keikhlasan kita. Saat kebaikan ditanam kepada orang lain, insya Allah doa-doa mereka yang akan menjadi jalan keselamatan, kesehatan, dan kesuksesan bagi kita. Aamiin yra.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H