Dengan kata lain, dia menjadi subjek yang sedang menyampaikan pesan atau informasi, bukan menjadi objek yang hanya menerima pesan atau informasi. Begitu senangnya jika seseorang yang tampil di muka umum disambut dengan antusias oleh audience dan pembicaraannya diperhatikan dengan seksama. Dia merasa menjadi bintang panggung saat dia mendapatkan respon dan applause dari audience.
Pernahkah Anda mendengar ada orang yang berebut mik untuk berbicara atau ada seseorang yang mematikan mik orang lain agar suaranya tidak terdengar karena dianggap mengganggu ketertiban atau akan membahayakan pihak yang mematikan mik jika dibiarkan suara orang tersebut terdengar banyak orang? Ada orang yang komplen karena mik yang digunakannya tidak menyala dengan baik. Itu adalah sebuah gambaran pentingnya kedudukan sebuah mik bagi seseorang untuk membantu mengeksiskan dirinya.
Mik bisa menjadi alat bantu bagi seseorang untuk menyampaikan kebaikan. Sebaliknya, bisa juga menjadi alat untuk menyampaikan provokasi kepada setiap orang yang mendengarnya. Mik bisa menjadi asesoris atau alat yang dimainkan oleh seorang penyanyi saat dia tampil atas pentas. Mik juga bisa menjadi sarana menghilangkan nervous saat seorang pembicara kurang percaya diri dengan cara memegangnya erat.
Mik yang bernilai dari sisi eksistensi adalah mik yang telah masuk ke ruang pentas, ke ruang seminar, ke atas panggung, atau ke ruangan siaran, sedangkan mik yang masih ada di pabrik atau di pedagang barang elektronik hanya bernilai secara ekonomi. Mik yang saya maksud pada tulisan ini tentunya adalah mik yang bernilai secara eksistensi.
Mari layakkan diri menjadi orang yang pantas "memegang mik" dalam artian layak untuk tampil di depan publik untuk didengar perkataanya atau dinikmati alunan suaranya kalau dia seorang penyanyi. Saat seseorang sudah melayakkan dirinya atau dalam pandangan orang lain dia pantas "memegang mik", maka dengan sendirinya akan banyak mik yang diserahkan padanya. Akan ada panggung, forum, atau kegiatan lainnya yang akan dia isi. Undangan demi undangan akan datang silih berganti sebagai sarana baginya untuk tampil, eksis, dan berbagi hal yang sesuai dengan kemampuannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H