Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pelajaran dari Sebuah Mik

6 Desember 2020   14:13 Diperbarui: 6 Desember 2020   14:32 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PELAJARAN DARI SEBUAH MIK

Oleh: IDRIS APANDI

(Praktisi Pendidikan)

Hampir setiap orang pasti tahu mik atau pelantang suara. Benda tersebut pada umumnya digunakan pada berbagai acara yang baik acara formal atau acara norformal yang melibatkan orang banyak, tapi ada juga yang menggunakannya sendirian, seperti sedang menyanyi karaoke. Pekerjaan yang identik dengan menggunakan mik antara lain; pembawa acara, moderator, narasumber, penceramah, penyiar, motivator, pelawak, penyanyi, dan sebagainya.

Pada dasarnya mik hanya sebuah alat bantu untuk kelancaran sebuah pekerjaan saja. Mik adalah benda mati. Harganya ada yang paling murah sampai yang paling mahal. Sebuah mik bisa hanya dinilai sebagai sebuah benda yang biasa saja tapi bisa juga bernilai sangat berharga, bahkan banyak orang ingin memegangnya. 

Sebuah mik yang dipegang tanpa tujuan tertentu dan tanpa ada kriteria tertentu bagi orang memegangnya akan menjadi benda yang bernilai biasa-biasa saja, tetapi sebuah mik yang dipegang dengan tujuan tertentu atau kriteria tertentu bagi orang yang memegangnya, barang tersebut akan bernilai tinggi.

Mik bisa menjadi benda yang bersejarah. Misalnya pernah digunakan oleh tokoh tertentu atau mik yang digunakan pada momen tertentu yang sangat istimewa. Bahkan pernah ada seorang penyanyi yang melelang mik yang pernah digunakannya untuk bernyanyi. Hal ini ternyata bisa menarik perhatian kolektor barang yang antic, unik, atau langka, walau dia harus mengeluarkan banyak uang untuk memilikinya.

Bagi saya mik atau pelantang suara, bukan hanya sekadar alat untuk mengeraskan suara, tetapi sebuah simbol eksistensi. Orang yang berbicara di depan publik atau pada sebuah kegiatan rata-rata menggunakan mik untuk mengeraskan suara. Orang akan cenderung lebih dan semakin percaya diri kalau berbicara berbicara menggunakan mik. 

Coba perhatikan saat seorang orator atau pemimpin aksi unjuk rasa berorasi di hadapan massa pengunjuk rasa. Dia akan sangat bersemangat saat berbicara dengan menggunakan mik, apalagi kalau didukung sound system yang bagus.

Ada orang yang berbicara dengan menggunakan mik mendapatkan sambutan yang antusias dari audience, tapi ada juga yang justru dicibir karena pembicaraannya dinilai tidak berkualitas, bahkan hanya membuat kegaduhan. Sebenarnya bukan miknya yang salah atau miknya yang bermasalah, tetapi orang yang memegangnya dinilai tidak layak tampil di panggung.

Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah eksistensi diri. Mik menjadi sarana pendukung bagi seorang pembicara untuk eksis dan diakui oleh orang yang mendengar pembicaraannya. 

Dengan kata lain, dia menjadi subjek yang sedang menyampaikan pesan atau informasi, bukan menjadi objek yang hanya menerima pesan atau informasi. Begitu senangnya jika seseorang yang tampil di muka umum disambut dengan antusias oleh audience dan pembicaraannya diperhatikan dengan seksama. Dia merasa menjadi bintang panggung saat dia mendapatkan respon dan applause dari audience.

Pernahkah Anda mendengar ada orang yang berebut mik untuk berbicara atau ada seseorang yang mematikan mik orang lain agar suaranya tidak terdengar karena dianggap mengganggu ketertiban atau akan membahayakan pihak yang mematikan mik jika dibiarkan suara orang tersebut terdengar banyak orang? Ada orang yang komplen karena mik yang digunakannya tidak menyala dengan baik. Itu adalah sebuah gambaran pentingnya kedudukan sebuah mik bagi seseorang untuk membantu mengeksiskan dirinya.

Mik bisa menjadi alat bantu bagi seseorang untuk menyampaikan kebaikan. Sebaliknya, bisa juga menjadi alat untuk menyampaikan provokasi kepada setiap orang yang mendengarnya. Mik bisa menjadi asesoris atau alat yang dimainkan oleh seorang penyanyi saat dia tampil atas pentas. Mik juga bisa menjadi sarana menghilangkan nervous saat seorang pembicara kurang percaya diri dengan cara memegangnya erat.

Mik yang bernilai dari sisi eksistensi adalah mik yang telah masuk ke ruang pentas, ke ruang seminar, ke atas panggung, atau ke ruangan siaran, sedangkan mik yang masih ada di pabrik atau di pedagang barang elektronik hanya bernilai secara ekonomi. Mik yang saya maksud pada tulisan ini tentunya adalah mik yang bernilai secara eksistensi.

Mari layakkan diri menjadi orang yang pantas "memegang mik" dalam artian layak untuk tampil di depan publik untuk didengar perkataanya atau dinikmati alunan suaranya kalau dia seorang penyanyi. Saat seseorang sudah melayakkan dirinya atau dalam pandangan orang lain dia pantas "memegang mik", maka dengan sendirinya akan banyak mik yang diserahkan padanya. Akan ada panggung, forum, atau kegiatan lainnya yang akan dia isi. Undangan demi undangan akan datang silih berganti sebagai sarana baginya untuk tampil, eksis, dan berbagi hal yang sesuai dengan kemampuannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun