Olah raga pun perlu dilakukan untuk menjaga kebugaran tubuh. Persiapan mental misalnya membangun kepercayaan diri dan optimisme. Hasil tidak akan mengkhianati proses. Oleh karena itu, yang perlu dilakukan adalah melakukan upaya terbaik dalam rangka mencapai yang terbaik.
(3) banyak membaca tentang tupoksi kepala sekolah. Walau soal-soal seleksi substantif calon kepala sekolah bukan dalam bentuk soal-soal yang bersifat teoretis tentang tupoksi kepala sekolah, tetapi setidaknya peserta seleksi tahu ruang lingkup tugas kepala sekolah, utamanya dalam kemampuannya dalam pengambilan keputusan dan menentukan strategi peningkatan mutu sekolah.Â
Hal tersebut tentunya tidak lepas dari tugas kepala sekolah sebagai seorang pemimpin dan manajer sekolah. Peserta seleksi bisa membaca peraturan perundang-undangan tentang kepala sekolah, membaca buku atau artikel yang membahas tentang kepala sekolah.
(4) meningkatkan kemampuan berpikir analitis. Soal-soal yang diberikan pada seleksi substantif khususnya pada test tulis menuntut peserta seleksi untuk menjawab secara analitis sebelum mengambil sebuah keputusan. Ada empat instrumen soal test yang diberikan dengan tingkat variasi dan tingkat kesulitan yang bertingkat mulai dari yang paling mudah sampai paling sulit. Bentuk soalnya adalah studi kasus.
Jenis keputusan yang diambil mulai dari hal yang bersifat teknis hingga hal yang bersifat sebuah program atau kegiatan. Oleh karena itu, setiap soal harus benar-benar dibaca dan dipahami maksudnya. Hati-hati, jangan terkecoh dengan informasi yang panjang tapi tidak ada kaitannya dengan pertanyaan yang harus dijawab. Kemampuan membaca analitis dalam waktu yang terbatas harus dilatih, karena pengerjaan soal dibatasi oleh waktu.
(5) jawab pertanyaan secara singkat, padat, dan jelas. Jawaban yang panjang lebar tidak menjamin bahwa jawabannya tersebut benar. Bahkan justru hanya akan menyulitkan asesor saat memberikan nilai. Jawaban ditulis tangan harus bisa dibaca oleh asesor agar memudahkan mereka memberikan nilai. Waktu yang disediakan untuk mengerjakan soal sebenarnya sudah diperhitungkan oleh tim pembuat soal.Â
Oleh karena itu, peserta seleksi harus benar-benar memanfaatkan waktu yang tersedia. Percaya diri dengan jawaban sendiri, tidak perlu bertanya kepada peserta yang lain, karena disamping hal tersebut melanggar tata tertib, juga belum tentu jawaban dari teman benar.
Sebelum peserta seleksi (asesi) diberikan soal, asesor memberikan penjelasan terkait teknis menjawab soal dan memberikan analogi atau contoh soal yang relevan dengan soal yang diberikan. Oleh karena itu, saat asesor menyampaikan penjelasan, para asesi harus memperhatikannya dengan seksama agar mereka dapat menjawab soalnya dengan baik.
(6) jawab pertanyaan wawancara secara argumentatif. Hal ini utamanya dilakukan saat test wawancara. Pertanyaan yang disampaikan asesor biasanya tidak lepas dari jawaban peserta seleksi pada saat test tulis hari sebelumnya.Â
Tujuannya untuk mengonfirmasi, mengklarifikasi, atau menggali lebih jauh jawaban tertulis yang disampaikan oleh peserta hingga asesor bisa memutuskan seorang peserta layak untuk belum layak maju ke diklat calon kepala sekolah. Jawaban peserta seleksi yang bersifat argumentatif (logis dan disertai alasan yang jelas), bukan bersifat asumsi akan sangat membantu penentuan kelulusannya dari tahap seleksi tersebut.
(7) berdiskusi dengan kepala sekolah yang memiliki pengalaman seleksi calon kepala sekolah. Hal ini bertujuan untuk menimba pengalaman dari mereka. Pepatah bijak mengatakan bahwa "pengalaman adalah guru yang terbaik." Oleh karena itu, peserta seleksi jangan malu-malu untuk bertanya dan berdiskusi dengan kepala sekolah yang mengalami seleksi hingga mereka lulus diklat calon kepala sekolah.