Saya menggunakan jurus "bodo amat" dalam menulis. Urusan teori tata cara menulis yang baik, hal ini akan berproses hingga seorang penulis akan menemukan karakternya sendiri. Intinya, belajar sambil bekerja. Latihan atau praktik menulis sambil menambah pengetahuan seputar ilmu menulis. Jangan beralasan belum tahu atau belum menguasai teori menulis, dia belum mau atau belum mau menulis. Kalau seperti itu, sampai kapan pun tidak bisa menghasilkan tulisan.
Ada yang sudah banyak membaca buku-buku teori menulis, tapi bukannya berani mulai menulis, tetapi justru semakin kurang percaya diri untuk menulis. Mengapa? Karena merasa bahwa menulis itu harus serbasempurna. Kalau tidak sempurna, dia khawatir mendapatkan kritik atau "pembantaian" dari orang lain yang sebenarnya belum tentu juga mahir atau terampil menulis.
Sebagus apa pun sebuah tulisan, tidak akan luput dari kritikan. Sebuah tulisan yang mengundang kritik, pada dasarnya tulisan tersebut menarik perhatian pembaca. Oleh karena itu, jadikan kritikan sebagai bahan untuk semakin meningkatkan kualitas sebuah tulisan. Bagi saya, tulisan yang bagus adalah tulisan yang selesai. Mari menulis dan mari membuat sejarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H