Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

AKM dan Peningkatan Kemampuan HOTS Peserta Didik

20 Oktober 2020   12:34 Diperbarui: 27 Mei 2021   09:53 3462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AKM DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN HOTS PESERTA DIDIK

Oleh: IDRIS APANDI

(Penulis Buku Strategi Pembelajaran Aktif Abad 21 dan HOTS)

Kemendikbud akan melaksanakan Asesmen Nasional pada jenjang SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK pada Maret 2021 dan jenjang SD/MI pada Agustus 2021. Program ini dilaksanakan melalui tiga instrumen, yaitu (1) Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), (2) survei karakter, dan (3) survei lingkungan belajar. Tujuan dari asesmen nasional adalah untuk memetakan mutu pendidikan nasional sebagai dasar untuk meningkatkan mutu pembelajaran, karena mutu pembelajaran adalah kunci untuk menghasilkan lulusan yang bermutu.

Pada tulisan ini saya akan lebih fokus membahas tentang AKM.  AKM bertujuan untuk mengukur literasi membaca dan numerik (matematika). Siswa berikan soal yang harus dikerjakan oleh mereka. Bentuk soalnya yaitu; Pilihan Ganda (PG), PG Kompleks, menjodohkan, isian singkat, dan uraian. 

AKM dilaksanakan secara adaptif, sehingga setiap murid akan menempuh soal yang sesuai dengan kemampuan murid itu sendiri. Pesertanya diambil secara sampling. Jenjang SD/MI maksimal sebanyak 30 orang dan jenjang SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK maksimal 45 orang.

Mengapa literasi membaca dan numerik (matematik) yang menjadi prioritas untuk ditingkatkan? Karena dua jenis literasi dasar ini menjadi alat (tool) untuk memahami bentuk-bentuk literasi lainnya, seperti literasi sains, literasi teknologi, literasi keuangan, literasi kewargaan, dan sebagainya.

Baca juga: Strategi Jitu dalam Memecahkan Soal Matematika Berbasis HOTS bagi Pemula

Soal-soal AKM akan mengadaptasi soal-soal Programme for International Student Assessment (PISA) dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), karena hasil dari AKM dalam jangka panjang diharapkan akan berdampak terhadap meningkatnya kemampuan dan daya saing peserta didik Indonesia di level internasional. Contoh soal-soal AKM dapat diakses pada laman:Pusmenjar Kemdikbud.

Soal-soal PISA dan TIMMS yang akan diadaptasi pada AKM adalah soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir kritis (critical thinking) dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) peserta didik. 

Pada saat diberlakukannya Kurikulum 2013, hal tersebut telah ditekankan kepada para guru agar diterapkan dalam pembelajaran. Tujuannya agar para peserta didik bukan hanya sekadar mengetahui, memahami, dan menerapkan materi yang dipelajarinya, tetapi juga mampu untuk menganalisis, mengevaluasi, hingga menciptakan karya atau produk sebagai hasil dari materi yang dipelajarinya. Hal tersebut akan menjadi pengalaman belajar yang bermakna bagi dirinya.

Pembelajaran HOTS tidak lepas dari teori level kemampuan berpikir yang dibuat Bloom (1956) dan kemudian direvisi oleh Krathwohl dan Anderson (2001). Adapun susunannya yaitu; mengingat (C-1), memahami (C-2), menerapkan (C-3), menganalisis (C-4), mengevaluasi (C-5), dan mencipta (C-6). Level kemampuan C-1 s.d. C-3 termasuk kategori kemampuan berpikir tingkat rendah (Lower Order Thinking Skills/LOTS), sedangkan level C4 s.d. C-6 termasuk kategori (Higher Order Thinking Skills/HOTS).

Dalam kurikulum 2013 juga ditekankan pembelajaran yang menerapkan kecakapan abad 21 yang dikenal dengan 4C, yaitu; (1) Communication (komunikasi), (2) Collaboration (kolaborasi), (3) Critical thinking and problem solving (berpikir kritis dan memecahkan masalah), dan (4) Creative and innovative (kreatif dan inovatif).

Dalam pembelajaran HOTS, peserta didik bukan hanya di-drill dengan sekian banyak materi pelajaran dan hanya sebatas menguasai konsep saja, tetapi didorong untuk berpikir kritis dan mampu mencari alternatif pemecahan masalah. Oleh karena itu, model-model pembelajaran yang digunakan oleh guru pun disarankan yang mampu mendorong peserta didik berpikir kritis dan mampu berpartisipasi secara kolaboratif, seperti model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran menyingkap/menemukan (inquiry/discovery), dan pembelajaran berbasis proyek (project based learning). 

Baca juga: Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Menghadapi Soal HOTS pada Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pembelajaran HOTS diharapkan membangun mental peserta didik agar tidak mudah menyerah dan putus asa. Hanya orang-orang kreatif yang akan mampu menyesuaikan diri dan mampu bertahan di tengah semakin ketatnya persaingan global. Dengan kata lain, para peserta didik disiapkan untuk menghadapi masa depan yang semakin kompetitif dan penuh dengan ketidakpastian.  

Apalagi saat ini dunia telah memasuki revolusi industri 4.0 dimana sekian banyak pekerjaan yang sudah kurang relevan akan hilang dan digantikan oleh pekerjaan-pekerjaan baru. Era digital dan perkembangan teknologi yang tinggi akan berdampak terhadap tergantikannya tenaga manusia oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). 

Pembelajaran yang mengembangkan HOTS dan menerapkan 4C akan menjadi sebuah persiapan yang baik saat peserta didik mengikuti AKM karena soal-soal AKM akan membuat peserta didik melahirkan daya analisis berdasarkan suatu informasi, bukan membuat peserta didik menghapal/mengingat-ingat materi. 

Peserta didik akan dihadapkan pada sebuah wacana, informasi, atau kasus yang relatif kompleks, lalu meminta mereka menjawab pertanyaannya dalam artian tidak sekadar mencari isi atau jawaban yang eksplisit dari wacana, informasi, atau kasus tersebut, tetapi menyusun jawaban baru sebagai hasil dari analisisnya.

Soal-soal yang diberikan saat AKM tentunya bukan hanya sekadar menanyakan hal-hal yang sifatnya sederhana dan kurang menantang seperti nama tempat, nama orang, nama benda, tanggal terjadinya sebuah peristiwa, nama tokoh yang terlibat dalam peristiwa tersebut, ciri-ciri sebuah benda, butir-butir sebuah perjanjian, atau definisi yang bisa dihapal, tetapi lebih menekankan kepada menyusun jawaban pertanyaan yang bermakna bagi dirinya, seperti menganalisis, memprediksi, mengevaluasi, hingga menawarkan alternatif penyelesaian masalah yang out of the box.

Berdasarkan kepada hal tersebut, maka AKM menjadi tantangan tersendiri bagi guru untuk mendesain dan melaksanakan pembelajaran HOTS serta menanamkan 4C kepada peserta didik. 

Baca juga: HOTS Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Critical Thingking

Pada saat masih terjadinya pandemi Covid-19, tidak dapat dipungkiri kualitas pembelajaran menurun. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang saat ini diterapkan oleh Kemendikbud memang bukan pilihan ideal, tetapi setidaknya bisa menjadi sebuah upaya agar para peserta didik tetap mendapatkan layanan pendidikan. Target-target pencapaian kurikulum pun telah diturunkan sebagai bentuk sikap yang logis menyikapi PJJ pada masa Pandemi Covid-19.

Menurut saya, target AKM yang akan dilaksanakan pada tahun 2021 pun perlu realistis juga mengingat siswa yang akan menjadi sasarannya pun mengalami pembelajaran yang kurang ideal di tahun ini. Hal ini berkaitan dengan bobot atau tingkat kesukaran soal yang akan dikerjakan oleh peserta didik.

Walau AKM hanya dikerjakan secara peserta didik yang diambil secara sampling dan bertujuan untuk mengetahui potret kemampuan peserta didik dalam hal literasi (membaca) dan numerasi (matematika), serta tidak menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, tetapi sekolah tentunya berharap hasilnya pun baik.

Guru sebagai ujung tombak pembelajaran dalam kondisi PJJ yang penuh dengan tantangan saat ini diharapkan tetap memelihara semangat mengajarnya, mencari strategi yang efektif agar pembelajaran menarik dan menyenangkan bagi peserta didik serta tidak membuat mereka stres.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun