Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menjadi Editor Naskah: Menantang Sekaligus Mengasyikkan

29 September 2020   07:41 Diperbarui: 29 September 2020   07:45 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi saya, menjadi editor selain sebuah tantangan dan kehormatan, juga menjadi sarana bagi saya untuk belajar dan menambah wawasan, karena saya membaca beragam tulisan yang ditulis oleh para penulis yang memiliki latar belakang keilmuan yang berbeda-beda. Selaku editor, saya adalah pembaca kedua setelah penulisnya sendiri. Saat sebuah tulisan diterbitkan atau diposting, maka saya telah tahu isinya.

Seorang editor bukan hanya menguasai seluk belum tentang penulisan dan penerbitan, tetapi juga harus memiliki 4 kompetensi utama dalam berbahasa, yaitu; (1) membaca, (2) menyimak, (3) berbicara, dan (4) menulis. Membaca maksudnya adalah seorang editor harus bisa membaca draft naskah dengan cermat dan teliti. 

Menyimak, maksudnya adalah seorang editor harus bisa berdialog dengan penulis/pengarang dan mampu menyimak harapan-harapan mereka. 

Berbicara, maksudnya adalah seorang editor harus menyampaikan saran atau gagasan pengembangan naskah kepada penulis, penerbit dengan jelas dan mudah dipahami. Dan menulis, maksudnya adalah seorang editor yang juga penulis akan sangat dihargai oleh penulis/pengarang dibandingkan dengan editor yang tidak memiliki karya tulis. (Disarikan dari buku Editingpedia, karya Bambang Trim, 2020: 15).

Editor adalah orang yang berada di balik layar lahirnya sebuah buku yang berkualitas. Kalau sebuah buku bagus, maka nama penulisnya yang akan terkenal dan dieluka-elukan oleh para pembacanya bukunya, sedangkan jika isi bukunya jelek, maka editor buku tersebut yang pertama kali disorot. Dia disebut tidak cermat atau kurang profesional saat mengedit sebuah draft tulisan. Begitulah risiko seseorang yang bekerja di balik layar. Para editor tentuya sudah memahami risiko atau konsekuensi pekerjaan yang dilakukannya.

Editor adalah profesi langka. Jarang orang yang berminat menjadi editor. Pelatihan menjadi editor pun tidak sebanyak pelatihan menulis, walau kadang dalam pelatihan menulis suka dibahas tentang cara mengedit draft tulisan, tapi kurang mendalam, sehingga para peserta pelatihan pun kurang memahami dengan baik kompleksitas sebuah proses editing naskah. 

Oleh karena itu, nama-nama editor yang terkenal bisa dihitung dengan jari, bahkan bagi saya hanya dengan satu jari, yaitu Bambang Trim. Selain Beliau, saya tidak dapat menyebutkan nama lain. Hal ini mungkin karena keterbatasan pengetahuan saya seputar nama-nama editor buku.

Sejatinya setiap buku yang diterbitkan ada editornya, tapi kadang kurang dikenal oleh pembaca. Hal ini bisa disebabkan karena sang editor bukan seorang penulis. Memang cukup ironis kalau editor buku belum pernah menulis buku. Dia hanya tahu ilmu editing naskah tanpa menguasai ilmu menulis. Hal ini akan menjadi bahan cibiran orang lain dan akan menurunkan kredibilitasnya sebagai editor. Editor yang juga seorang penulis akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi saat berhadap dengan penulis.

Menurut Bambang Trim dalam bukunya Editingpedia (2020), seorang editor yang juga seorang penulis akan memiliki daya tawar yang lebih tinggi dibandingkan dengan editor yang bukan penulis. Editor yang hebat adalah juga penulis yang baik. Editor harus menguasai keterampilan menulis agar ia mampu memberikan saran-saran yang benar-benar bisa dipertanggungkawabkan kepada para penulis/pengarang.

Upaya saya mengikuti pelatihan dan sertifikasi editor adalah upaya memantaskan diri saya sebagai editor. Setiap profesi memang harus memiliki ilmunya dan harus dilaksanakan secara profesional. Dan salah satu cirinya, secara legal-formal adalah lulus pelatihan atau sertifikasi yang dibuktikan dengan sertifikat kelulusan. Hasil pekerjaannya pun harus bisa dipertanggungjawabkan secara profesional. Intinya, menjadi editor adalah pekerjaan yang menantang sekaligus mengasyikkan serta mendorong saya menjadi seorang pemelajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun