Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menjadi Editor Naskah: Menantang Sekaligus Mengasyikkan

29 September 2020   07:41 Diperbarui: 29 September 2020   07:45 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

MENJADI EDITOR NASKAH: MENANTANG SEKALIGUS MENGASYIKKAN

Oleh: IDRIS APANDI

(Penulis Ratusan Artikel dan Puluhan Buku)

 

Editor merupakan salah satu pelaku perbukuan sebagai diatur dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan. Saya menulis artikel dan buku sejak tahun 2006 hingga saat ini. Lebih dari 850 artikel 45 judul buku yang telah saya tulis. Secara legal formal, saya pun memiliki sertifikat sebagai penulis buku nonfiksi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) tahun 2020.

Pada tulisan ini, saya tidak akan bercerita tentang pengalaman saya sebagai penulis, tetapi saya akan menceritakan pengalaman saya sebagai editor dalam artian membaca, menelaah, mengoreksi, atau memberi saran perbaikan terhadap tulisan karya orang lain, karena dalam konteks sebagai editor tulisan sendiri (swasunting) tentunya sudah sangat sering saya lakukan. Saat saya menulis sebuah tulisan, maka otomatis saya pun akan menyunting draft tulisan saya buat sebelum diposting di blog, diposting di media sosial, atau di kirim ke koran/majalah.

Saya ditugaskan menjadi editor dari beberapa seri buku bunga rampai dan buku seri Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di masa Pandemi Covid-19 yang akan diterbitkan oleh sebuah kementerian. 

Secara pribadi, saya tentunya merasa senang dan gembira mendapatkan kepercayaan tersebut. Ini adalah sebuah tantangan yang memotivasi saya untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Pengalaman saya sebagai penulis hampir 16 tahun yang otomatis juga berpengalaman menjadi editor minimal terhadap tulisan karya sendiri ditambah saya memiliki sertifikat sebagai editor dari BNSP menjadi bekal saya sekaligus menambah kepercayaan diri saya untuk melaksanakan tugas ini.

Sebagai editor pemula dan pertama kali mendapatkan tugas secara resmi menjadi editor beberapa buku yang akan diterbitkan oleh instansi pemerintah, tentunya saya berhati-hati dan berupaya secermat mungkin membaca, menelaah, memperbaiki langsung, atau memberikan sarana perbaikan tulisan kepada para penulisnya. Sebagai editor, saya bertanggug jawab untuk memastikan buku yang diterbitkan oleh instansi pemerintah tersebut berkualitas, minim kesalahan, bahkan dari kesalahan penulisan, higga bisa dibaca dengan nyaman oleh para pembacanya.

Tercatat lebih dari 50 naskah tulisan yang saya edit. Saya menyadari bahwa saya harus banyak belajar terkait dengan prosedur atau cara mengedit sebuah naskah buku. Oleh karena itu, sambil mengedit naskah buku, saya pun menyempatkan diri untuk membaca buku-buku tentang cara mengedit (menyunting) naskah. 

Selain itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) versi daring, dan google translate menjadi web atau aplikasi yang wajib saya buku untuk membantu saya mengedit sebuah naskah.

Dalam konteks jasa profesional, mengedit adalah membaca yang dibayar. Tentunya bukan sekadar membaca, tetapi juga harus bisa menemukan kesalahan penulisan dan pengetikan dalam naskah yang dibaca tersebut. Pekerjaan editor adalah 3M, yaitu menerima, memperbaiki, dan mengoreksi. 

Menerima, maksudnya adalah editor menerima naskah yang akan diedit, lalu memeriksa dan menelaahnya. Memperbaiki, maksudnya, editor memperbaiki bagian-bagian yang salah pada naskah yang dibacanya. Dan memberi, maksudnya adalah editor memberikan saran-saran perbaikan naskah kepada penulis/pengarang.

Tidak banyak buku yang membahas tentang cara mengedit (menyunting) naskah yang saya temukan di toko buku. Satu-satunya editor senior yang juga seorang penulis andal serta pelaku penerbitan yang saya tahu adalah Bambang Trimansyah atau suka dipanggil Bambang Trim. 

Oleh karena itu, saya membaca dua judul buku karyanya untuk menambah pengetahuan saya seputar cara mengedit naskah. Dua judul buku tersebut yaitu; pertama, 200+ Solusi Editing Naskah dan Penerbitan, dan kedua, Editingpedia. Dari kedua buku tersebut, saya banyak mendapatkan ilmu dan wawasan seputar editing naskah.

Dalam bukunya Editingpedia (2020) Bambang Trim mengutip pendapat Sofia Mansoor yang menyatakan bahwa aspek editing naskah yaitu; (1) keterbacaan, (2) ketaatasasan/konsistensi, (3) kebahasaan, (4) ketedasan (kelejasan dan gaya Bahasa), (6) ketelitian data dan fakta, (6) legalitas dan kesopanan, dan (7) ketepatan rincian produksi.

Menjadi editor merupakan pekerjaan yang rumit dan kompleks. Mata seorang editor harus tajam membaca dan memeriksa kata demi kata yang ada dalam sebuah kalimat. Menelaah kalimat demi kalimat yang ada dalam sebuah paragraph, dan menelaah keterbacaan serta hubungan antarparagraf. 

Tujuannya untuk mencari kesalahan penulisan (typo), kesalahan penggunaan tanda baca, kesalahan aspek kebahasaan, kejelasan redaksi kalimat, dan kerunutan sebuah pembahasan, sehingga pembaca bisa memahami hal yang ditulis oleh seorang penulis/pengarang.

Stamina tubuh seorang editor harus prima karena mengedit naskah adalah pekerjaan yang memerlukan konsentrasi tinggi, harus fokus, serta menguras tenaga dan pikiran. Oleh karena itu, seorang editor terkadang harus "menyepi" alias bekerja di tempat atau ruangan yang sunyi dan tidak banyak terganggu oleh hal-hal lainnya.

Seorang editor pun harus sabar dan telaten, karena membaca atau menelaah naskah karya orang lain terkadang menjadi sebuah pekerjaan yang membosankan, karena  harus membaca sebuah naskah berulang-ulang, apalagi kalau menemukan sebuah tulisan yang redaksinya kurang jelas, bertele-tele, dan "berputar-putar" sehingga pesan utamanya sulit dipahami. 

Selain itu, kadang susunan tulisan yang belum rapi, banyak kesalahan pengetikan, kesalahan penggunaan tanda baca, hubungan antarparagraf yang kurang jelas menjadi tantangan tersediri bagi seorang editor untuk memperbaikinya.

Seorang editor juga harus mampu bekerja di bawah tekanan (under pressure) dan harus siap dengan tenggat waktu (deadline) penulisan, karena tentunya seorang editor dihadapkan pada target penyelesaian sebuah buku. Konsekuensinya, dia harus siap bekerja lembur.

Bagi saya, menjadi editor selain sebuah tantangan dan kehormatan, juga menjadi sarana bagi saya untuk belajar dan menambah wawasan, karena saya membaca beragam tulisan yang ditulis oleh para penulis yang memiliki latar belakang keilmuan yang berbeda-beda. Selaku editor, saya adalah pembaca kedua setelah penulisnya sendiri. Saat sebuah tulisan diterbitkan atau diposting, maka saya telah tahu isinya.

Seorang editor bukan hanya menguasai seluk belum tentang penulisan dan penerbitan, tetapi juga harus memiliki 4 kompetensi utama dalam berbahasa, yaitu; (1) membaca, (2) menyimak, (3) berbicara, dan (4) menulis. Membaca maksudnya adalah seorang editor harus bisa membaca draft naskah dengan cermat dan teliti. 

Menyimak, maksudnya adalah seorang editor harus bisa berdialog dengan penulis/pengarang dan mampu menyimak harapan-harapan mereka. 

Berbicara, maksudnya adalah seorang editor harus menyampaikan saran atau gagasan pengembangan naskah kepada penulis, penerbit dengan jelas dan mudah dipahami. Dan menulis, maksudnya adalah seorang editor yang juga penulis akan sangat dihargai oleh penulis/pengarang dibandingkan dengan editor yang tidak memiliki karya tulis. (Disarikan dari buku Editingpedia, karya Bambang Trim, 2020: 15).

Editor adalah orang yang berada di balik layar lahirnya sebuah buku yang berkualitas. Kalau sebuah buku bagus, maka nama penulisnya yang akan terkenal dan dieluka-elukan oleh para pembacanya bukunya, sedangkan jika isi bukunya jelek, maka editor buku tersebut yang pertama kali disorot. Dia disebut tidak cermat atau kurang profesional saat mengedit sebuah draft tulisan. Begitulah risiko seseorang yang bekerja di balik layar. Para editor tentuya sudah memahami risiko atau konsekuensi pekerjaan yang dilakukannya.

Editor adalah profesi langka. Jarang orang yang berminat menjadi editor. Pelatihan menjadi editor pun tidak sebanyak pelatihan menulis, walau kadang dalam pelatihan menulis suka dibahas tentang cara mengedit draft tulisan, tapi kurang mendalam, sehingga para peserta pelatihan pun kurang memahami dengan baik kompleksitas sebuah proses editing naskah. 

Oleh karena itu, nama-nama editor yang terkenal bisa dihitung dengan jari, bahkan bagi saya hanya dengan satu jari, yaitu Bambang Trim. Selain Beliau, saya tidak dapat menyebutkan nama lain. Hal ini mungkin karena keterbatasan pengetahuan saya seputar nama-nama editor buku.

Sejatinya setiap buku yang diterbitkan ada editornya, tapi kadang kurang dikenal oleh pembaca. Hal ini bisa disebabkan karena sang editor bukan seorang penulis. Memang cukup ironis kalau editor buku belum pernah menulis buku. Dia hanya tahu ilmu editing naskah tanpa menguasai ilmu menulis. Hal ini akan menjadi bahan cibiran orang lain dan akan menurunkan kredibilitasnya sebagai editor. Editor yang juga seorang penulis akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi saat berhadap dengan penulis.

Menurut Bambang Trim dalam bukunya Editingpedia (2020), seorang editor yang juga seorang penulis akan memiliki daya tawar yang lebih tinggi dibandingkan dengan editor yang bukan penulis. Editor yang hebat adalah juga penulis yang baik. Editor harus menguasai keterampilan menulis agar ia mampu memberikan saran-saran yang benar-benar bisa dipertanggungkawabkan kepada para penulis/pengarang.

Upaya saya mengikuti pelatihan dan sertifikasi editor adalah upaya memantaskan diri saya sebagai editor. Setiap profesi memang harus memiliki ilmunya dan harus dilaksanakan secara profesional. Dan salah satu cirinya, secara legal-formal adalah lulus pelatihan atau sertifikasi yang dibuktikan dengan sertifikat kelulusan. Hasil pekerjaannya pun harus bisa dipertanggungjawabkan secara profesional. Intinya, menjadi editor adalah pekerjaan yang menantang sekaligus mengasyikkan serta mendorong saya menjadi seorang pemelajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun