Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Manajemen Pembelajaran Peserta Didik Baru di Masa New Normal

12 Juni 2020   22:51 Diperbarui: 12 Juni 2020   22:58 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini sekolah sekolah-sekolah bersiap menyambut peserta didik baru Tahun Pelajaran 2020-2021. Kemdikbud menyatakan bahwa Tahun Pelajaran 2020-2021 tetap dilaksanakan mulai 13 Juli 2020, sedangkan kegiatan belajar akan tetap dilaksanakan melalui Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan menggunakan beberapa alternatif seperti daring (dalam jaringan/online), luring (luar jaringan/ offline), atau kombinasi daring dan luring. Rencananya, kegiatan belajar sekolah baru akan dibuka Januari 2021.

Setiap tahun pelajaran baru, yang terbayang adalah wajah-wajah peserta didik baru, menggunakan seragam baru dengan riang gembira. Selain itu, mereka pun memiliki guru baru dan teman-teman baru. 

Kepala sekolah dan para guru pun menyambut mereka dengan suka cita. Para peserta didik baru itu mereka anggap sebagai anak-anak yang siap untuk didik oleh mereka. 

Kepala sekolah dan para guru berjejer di depan gerbang sekolah menyambut para peserta didik baru. Para peserta didik baru tersebut lalu mencium tangan kepala sekolah dan para guru, sebaliknya mereka pun memeluk hangat para peserta didik baru.

Di tengah pendemi Covid-19 yang masih berlangsung ini, hal seperti saya gambarkan di atas sepertinya akan sulit bahkan tidak akan terwujud. Pasalnya, pemerintah meminta agar sekolah menerapkan protokol kesehatan di sekolah dimana selain wajib menggunakan masker, menjaga jarak, sering cuci tangan, juga tidak berjabat tangan atau mencium tangan guru.

Di era normal, berjabat tangan atau mencium tangan adalah simbol persahabatan simbol penghormatan, di era new normal hal tersebut justru dinilai berpotensi menyebarkan Covid-19, sehingga muncul jargon "walau tangan berjabat, tapi tetap bersahabat." 

Di satu sisi memang ada benarnya, tapi di sisi lain, karena mugkin hal tersebut menjadi tradisi dan diajarkan dari kecil, maka saat tidak berjabat tangan, terasa ada sesuatu yang kurang. 

Chemistry antara dua sahabat seolah berkurang saat tidak berjabat tangan. Tapi apa hendak dikata. Atas nama melindungi diri sendiri dan melindungi orang lain di masa pandemi Covid-19, maka tradisi salaman pun dihentikan (sementara).

Pada saat memulai tahun pelajaran baru, mungkin ada kebingungan di kalangan kepala sekolah dan guru bagaimana cara mengelola peserta didik baru. Biasanya sebelum kegiatan dilaksanakan kegiatan pembelajaran, dilaksanakan Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB). 

Tujuannya adalah untuk memperkenalkan lingkungan sekolah sehingga para peserta didik bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru, menyampaikan informasi seputar pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler,  memperkenalkan para personil sekolah seperti kepala sekolah, guru-guru, dan tenaga administrasi kepada para pesera didik baru. Kemudian untuk membaurkan antarasesama peserta didik baru dan antara peserta didik baru dengan para kakak kelasnya. 

Dalam kondisi seperti ini, mungkin akan banyak sekolah yang melaksanakan MOPDB secara virtual karena MOPDB secara tatap muka kurang memungkinkan.

Berkaitan dengan pembelajaran, para peseta didik baru yang berharap menempati ruang kelas yang baru, mereka tetap harus belajar di rumah dengan didampingi oleh orang tua mereka. 

Walau demikian, menurut saya, khusus untuk siswa yang baru, supaya mereka merasakan atmosfer sekolahnya yang baru, belajar di ruang kelas, pihak sekolah dapat mengatur pembelajarannya dengan tetap mengacu kepada protokol kesehatan. 

Antara lain, menyediakan tempat cuci tangan, alat pengukur suhu tubuh (thermo gun), menerapkan pembatasan fisik (physical distancing), dan tetap menggunakan masker selama belajar di sekolah.

Selama pembelajaran jam belajar dikurangi, misanya, hanya empat jam, tidak ada istirahat, kapasitas kelas diisi oleh setengah dari kapasitas maksimal, mereka sekolah secara bergiliran atau berbeda hari, dan tidak full dalam satu minggu. Misalnya hanya sekolah satu atau dua hari dalam satu minggu, dan itu pun tidak setiap minggu. 

Hal yang saya sebutkan tersebut mungkin hanya bisa dijalankan di sekolah yang berada di zona hijau Covid-19 dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan Dinas Pendidikan setempat. Kalau sekiranya berisiko, maka sebaiknya para peserta didik baru tetap harus belajar dari rumah.

Bukan hal yang mudah mengendalikan peserta didik baru, apalagi peserta didik PAUD, TK, atau kelas I SD. Perlu kesabaran dan ketelatenan dari gurunya. Apalagi ditambah di era pandemic, tentunya perhatian guru selain masalah pembelajarannya, juga harus memperhatikan kondisi fisik tiap peserta didiknya. 

Oleh karena itu, melaksanakan pembelajaran tatap muka bagi peserta didik apalagi jenjang PAUD, TK, SD perlu pertimbangan dan kesiapan yang matang. Keselamatan anak tetap harus menjadi hal yang utama.

Kalau saya perhatikan, sudah banyak sekolah yang mempersiapkan berbagai sarana untuk mendukung protokol kesehatan. Hal ini menjadi salah satu tanda bahwa sekolah serius dalam menghadapi pembelajaran di era new normal., termasuk menyambut para peserta didik baru.

Selama PJJ, disamping beban kuota internet yang membengkak, para orang tua banyak yang mengeluh karena kesulitan mendampingi anak-anaknya belajar di rumah. Terbayang saat mereka juga harus mendampingi anaknya yang baru masuk sekolah, hal ini akan menjadi tantangan baru bagi mereka.  

Kegiatan belajar pun tentunya tidak bisa dilakukan secara ideal sesuai dengan kurikulum 2013 yang saat ini diberlakukan. Perlu ada kurikulum "edisi khusus" selama pandemi. 

Oleh karena itu, pihak sekolah pun tentunya menunggu pedoman dari pemerintah terkait bagaimana kurikulum pendidikan di era new normal, karena banyak kepala sekolah dan guru yang kebingungan langkah apa yang harus dilakukan dalam mengelola pembelajaran di masa pandemi ini.

Walau demikian, era pandemi ini memang menjadi tantangan bagi kepala sekolah dan guru untuk kreatif mengelola pembelajaran, khususnya bagi para siswa baru yang biasanya mendapatkan sentuhan guru-gurunya di sekolah yang baru. 

Kepala sekolah harus siap dengan berbagai alternative PJJ yang digunakan, baik daring, luring, ataupun kombinasi daring dan luring.

Guru perlu menyiapkan skenario pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan. Selain ada materi yang mengacu kepada kurikulum 2013 atau kurikulum new normal, juga bisa meramu materi yang berorientasi kepada kecakapan hidup (life skill) dan penguatan Pendidikan Pendidikan Karakter (PPK).

Hasil Survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Mei 2020 menunjukkan bahwa walau 80% anak rindu untuk sekolah, tapi justru 80% orang tua menolak anaknya untuk kembali ke sekolah, karena takut anaknya tertular Covid-19. 

Hal ini menunjukkan bahwa ada pertentangan, di satu sisi, anak jenuh dengan PJJ, tapi di sisi lain, orang tua menolak, dan di sisin lain juga, orang tua banyak yang mengeluh kesulitan mendampingi anak-anaknya di rumah. Hal ini menjadi dilema dalam PJJ. 

Oleh karena itu, kembali guru yang menjadi kunci untuk mengatur skenario pembelajaran dari rumah untuk mengusir stress dan kebosanan siswa, dan di sisi lain bisa bermitra dengan orang tua dalam mendampingi dan mengawasi kegiatan belajar dari rumah, apalagi mengelola peserta didik baru dimana guru pun belum mengetahui karakteristik masing-masing anak didiknya. Wallaahu a'lam.

Oleh: IDRIS APANDI
(Praktisi dan Pemerhati Pendidikan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun