"Kapan mulai kerjanya pak?" Tanyaku kepada Pak Salman. "Kalau bapak siap, mulai besok saja pak." Jawab pak Salman. "Berkaitan dengan upah kerja, saya mau ngasih  upah Rp 100.000,00 per hari. Itu bersih pak ya. Tanpa makan.  Soalnya saat ini 'kan bulan puasa. Dan kerjanya dari pukul delapan pagi sampai empat sore. Bagaimana pak?" Pak Salman meneruskan perkataannya. "Siap pak. Terima kasih." Aku sanggupi saja, tanpa banyak pikiran. Yang penting ada penghasilan yang halal.
"Baik kalau begitu pak, saya pamit. Besok saya tunggu di rumah ya." Ucap Pak Salman sambil berdiri dan bersalaman denganku. "Iya pak. Terima kasih sekali bapak Sudha memberikan pekerjaan untuk saya." Jawabku sambil mengantar Pak Salman ke teras rumah. "Sama-sama pak. Assalamu'alaikum." Ucap pak Salman sambil meninggalkanku.
"Pak Salman nyuruh kerja apa pak?" Tanya istriku padaku setelah aku masuk kembali ke dalam rumah. "Itu bu, dia nyuruh bapak mengecat rumahnya." Jawabku dengan singkat. "Oh, alhamdulillah. Berapa hari kerjanya." Tanya istriku lagi. "Ga tahu bu. Bapak mah sedisuruhnya saja. Namanya orang kerja." Jawabku lagi. "Ayo kita tidur bu. Takut nanti kesiangan sahur." Aku mengajak istriku beristirahat, sedangkan kedua anakku Rendi dan Ayu sudah tidur lelap.
Selama aku menunggu datangnya kantuk, aku merenung, apakah pak Salman adalah jawaban dari doa-doaku, doa keluargaku, dan doa dari pak haji Maman, ketua DKM? Tanpa diduga dia memberikan aku pekerjaan. Yang pasti aku berkeyakinan bahwa Tuhan tidak tidur. Allah Mahamendengar setiap keluhan dan harapan hamba-hamba-Nya. Hanya hamba-Nya yang suka kurang sabar menunggu datangnya pertolongan-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H