Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Membangun Asa di Tengah Badai Corona (6)

8 Mei 2020   15:17 Diperbarui: 8 Mei 2020   15:29 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh: IDRIS APANDI 

"Ini pak kertas buat plangnya." Sambil keluar dari dalam rumah, Rendi memperlihat padaku secarik kertas yang bertuliskan JUAL IS PISANG IJO. "Iya nak, terus kamu tempel di tembok depan rumah yang bisa dilihat oleh orang yang lewat. Kataku sambil mengarahkan telunjukku ke arah tembok di depan rumah. "Baik pak." Jawab Rendi sambil bergegas menempelkan kertas tersebut.

Beberapa saat kemudian, ada salah satu tetanggaku, bu Halimah lewat di depan rumahku dan terlihat melihat plang sederhana yang ditempel oleh Rendi. Dia pun sejenak berhenti dan membaca plang tersebut. 

Lalu dia datang ke arah meja tempat barang daganganku. "Pak Husni jualan es pisang ijo?" Tanyanya sambil melihat barang dagangan yang ada di atas meja dan menatap wajahku. "Iya bu. Baru hari ini saya jualan." Jawabku dengan sumringah sambil berharap semoga bu Halimah membeli barang jualanku tersebut.  

"Berapaan satunya?" Tanya Bu Halimah dengan singkat. "Rp 5.000,00 bu". Jawabku dengan singkat. "Saya beli dua saja ya." Ucap bu Halimah kepadaku. "Baik bu" dengan sigap aku memasukkan tiga cup es pisang ijo ke dalam kantong keresek. "Lho, tiga buah pak Husni? Saya kan belinya dua buah, bukan tiga buah." Tanya bu Halimah dengan penuh keheranan.

"Tidak apa-apa bu. Saya beri bonus khusus buat ibu, karena ibu adalah pembeli pertama dagangan saya. Saya senang ibu membeli dagangan saya." Ucapku sambil menyerahkan tiga es pisang ijo yang telah masukkan ke dalam kantong keresek. 

"Aduh pak Husni, jangan atuh. 'Kan bapak baru dagang hari dan belum laku banyak. 

"Tidak apa-apa bu. Saya ikhlas. Semoga rasanya cocok dengan selera ibu ya, saya tunggu ibu kembali membeli es pisang ijo." Kataku kepadanya. 

"Baik pak kalau begitu. Ini uangnya." Ucap bu Halimah sambil menyodorkan uang selembar Rp 10.000,00. 

"Terima kasih bu." Ucapku sambil menerima uang dari bu Halimah.

Waktu menunjukkan pukul 17.30. 15 menit lagi menjelang buka puasa yang jatuh pada pukul 17.45. Aku beserta Rendi masih bersabar menunggu pembeli, tapi ternyata bu Halimah adalah pembeli pertama sekaligus pembeli terakhir pada hari itu. Barang daganganku masih tersisa banyak hingga berkumandangnya azan maghrib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun