Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Corona Membuatku Merana, tapi Tak Boleh Putus Asa

3 Mei 2020   11:38 Diperbarui: 3 Mei 2020   11:50 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mau minjam modal usaha ke bank, aku tidak punya untuk jaminannya, sedangkan kalau meminjam ke bank emok atau rentenir, sama saja aku masuk jebakan mereka. Terbersit juga meminjam uang kepada adikku, Lina tapi aku urungkan, karena dalam kondisi saat ini dia pun pasti kerepotan. 

Dia hanya seorang ibu rumah tangga yang mengandalkan pemasukkan keluarga dari suaminya yang juga bekerja sebagai karyawan di sebuah mimimarket. 

Kabarnya, nasib suaminya sedikit lebih baik dariku.  Dia tidak dirumahkan atau di PHK. Semoga saja tidak mengalami nasib sepertiku, karena dia pun punya anak dan istri yang harus dinafkahi.

Ada temanku yang menyarankan supaya aku mendaftar kartu prakerja tapi belum aku lakukan. Kondisi saat ini, aku beserta anak istriku lebih perlu makan dibandingkan dengan kursus kerja yang belum tentu juga dijamin dapat lapangan kerja. Aku memutar otak bagaimana agar aku dan keluargaku dapat bertahan hidup. 

Minggu lalu, pak RT datang ke rumahku dan meminta foto copy Kartu Keluarga (KK). Katanya untuk pendataan bantuan dari pemerintah, tapi sampai dengan saat ini bantuan tersebut tak kunjung datang.

"Napa ngelamun pak?" Istriku bertanya padaku. 

"Enggak apa-apa bu." Jawabku singkat. 

"Bu, bapak mau ke belakang rumah dulu. Mau menyiram tanaman cabai yang kemarin bapak tanam." Ucapku padanya, sambal beranjak. Aku beranjak darinya tujuan utamanya sebenarnya bukan untuk menyiram tanaman, tapi untuk menghindari jangan sampai istriku ikut-ikutan bingung melihat aku bingung.

Sebagai kepala keluarga, aku tetap harus tegar dan berupaya memberikan nafkah kepada anak dan istriku. Dalam salatku, aku berdoa kepada Allah, semoga tetap diberikan kekuatan lahir dan batin dalam menghadapi kondisi saat ini, serta diberikan rezeki, karena aku yakin Dia yang Maha memberikan rezeki kepada setiap makhuk-Nya. 

"Binatang melata saja diberikan rezeki, apalagi manusia." Itu yang membuat aku berusaha untuk tetap tegar dan tenang. Alhamdulilah, Ayu dan Rendi juga tidak ngeyel. Mereka mau buka puasa atau sahur dengan menu seadanya. Mungkin mereka memahami kondisi orang tuanya saat ini yang sedang susah.

Setelah menyiram tanaman di belakang, aku mau coba pak haji Kurdi, majikanku saat aku bekerja di percetakan miliknya. Siapa tahu dia bisa meminjamiku uang. Dia dikenal dermawan dan bersedia membantu orang yang kesusahan. "Bu, bapak mau silaturahmi dulu ke Pak Haji Kurdi." Ucapku kepada istriku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun