Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Corona Membuatku Merana, tapi Tak Boleh Putus Asa

3 Mei 2020   11:38 Diperbarui: 3 Mei 2020   11:50 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

CORONA MEMBUATKU MERANA, TAPI TAK BOLEH PUTUS ASA

Oleh: IDRIS APANDI

 "Pak, uang belanja tinggal 10 ribu lagi." Ucap istriku kepadaku sambil memperlihatkan dompetnya yang berisi selembar uang Rp10.000,00. Hal tersebut seolah menjadi pesan darinya bahwa uang belanja sudah mau habis dan memintaku untuk memberikan tambahan uang belanja padanya. 

Apalagi saat ini bulan puasa, biasanya pengeluaran pun menjadi lebih besar dibandingkan dengan bulan-bulan biasa, karena harus mempersiapkan menu buka puasa dan menu sahur.

"Iya bu. Nanti bapak kasih tambahan uang belanjanya." Jawabku, dengan singkat padanya. Aku menjawab seperti itu bukan berarti aku punya uang, tetapi hanya sekadar untuk menenangkan istriku saja. Aku sendiri sebenarnya sudah tidak punya uang lagi. Dompetku hanya berisi KTP, SIM, STNK motor, dan Kartu ATM yang saldonya hanya 25 ribu lagi.

Hampir dua bulan aku dirumahkan dari pabrik tempatku bekerja karena dampak wabah Corona. Setelah itu, aku sama sekali tidak punya penghasilan lagi. Aku beserta istriku bertahan hidup dari dari gajiku bulan lalu. 

Aku mencoba daftar jadi ojek online, tapi ternyata tidak diterima, karena sudah terlalu banyak. Lagian, saat ini ojek online pun dilarang membawa penumpang, tapi hanya diperbolehkan membawa angkutan barang.

Kegiatanku sehari-hari di rumah banyak diisi dengan membersihan rumah, menemani kedua anakku, Ayu dan Rendi belajar dan mengerjakan tugas dari guru-gurunya. 

Ayu kelas VII SMP dan Rendi kelas IV SD. Di saat santai, aku mencoba mencari informasi lowongan pekerjaan kepada melalui WA teman-temanku, tapi kondisi saat ini memang sedang sulit. Bukan hanya aku yang dirumahkan, tetapi sebanyak 200-an orang karyawan lainnya pun bernasib sama.

Di tepas rumah, kadang aku suka duduk sendiri, merenung, memikirkan nasibku dan keluargaku di masa datang. Kalau kondisinya begini, aku sulit untuk bertahan. Aku tidak tahu kemana harus mencari pinjaman uang. 

BPKB motorku sudah kugadaikan tiga bulan yang lalu. Kebetulan aku perlu uang untuk membayar utang kepada temanku, bekas biaya rumah sakit istriku yang dirawat karena sakit maagnya kambuh. Istriku memang mengidap sakit maag sudah cukup lama. Dia suka lupa makan dan makannya kurang teratur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun