Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memelihara Semangat Pemelajar di Masa Pandemi Covid-19

17 April 2020   22:01 Diperbarui: 17 April 2020   22:05 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah sebenarnya hakikat dari pembelajaran orang dewasa. Dia akan belajar sesuai dengan kebutuhannya. Setiap pendidik dan tenaga kependidikan pun punya minat dan kemampuan yang beragam meski pada bidang yang sama, yaitu pendidikan. Ada yang minat terhadap menulis, pengembangan strategi pembelajaran, pengembangan media pembelajaran, pemanfataan TIK dalam pembelajaran, parenting, psikologi pendidikan, dan sebagainya. Intinya, semua adalah bagian-bagian yang tidak terpisahkan dengan dunia pendidikan, sehingga bisa saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya.

Ada hikmah dibalik musibah. Kalimat bijak tersebut cukup relevan dikaitkan dengan kondisi saat ini. Kesulitan melakukan pembelajaran secara tatap muka, membuat orang dipaksa harus belajar dan beradaptasi dengan hal yang baru, yaitu pembelajaran dengan memanfaatkan media daring. Selain dengan menggunakan media daring, pembelajaran secara mandiri pun bisa dilakukan secara konvensional, misalnya dengan membaca kembali buku-buku referensi, jurnal, atau majalah ilmiah yang sudah lama tidak dibaca karena sibuk mengajar di sekolah.

Semoga tidak ada lagi istilah guru gaptek, karena salah satu ciri atau karakter guru profesional adalah meningkatkan profesionalismenya secara berkelanjutan. Apalagi era digital saat ini perkembangan ilmu pengetahuan berjalan begitu pesat dan cepat. Para guru yang didominasi oleh generasi abad 20 harus membimbing para siswa yang merupakan generasi millennial bahkan generasi Z.
Ali bin Abi Thalib beramanat, "didiklah anakmu didikmu sesuai dengan zamannya." Oleh karena itu, konsekuensinya, para guru dituntut melek Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai pendukung pembelajaran. Oleh karena itu, beberapa tahun lalu ada istilah guru pemelajar, dan saat ini ada istilah guru penggerak sebagai upaya meningkatkan mutu guru.

Di era digital saat ini, pembelajaran daring memang tidak bisa dihindarkan. Pemanfaatan TIK untuk pembelajaran merupakan sebuah keniscayaan. Konsekuensinya, setiap orang harus melek TIK. Hal ini sejalan dengan salah satu literasi yang harus dikuasai oleh manusia, yaitu melek literasi digital, karena kalau tidak melek literasi digital, dia akan sulit beradaptasi dengan perkembangan zaman begitu pesat. Dampaknya akan tertinggal dan sulit bersaing ditengah persaingan yang semakin ketat.

Semoga semangat pemelajar akan terus menyala dan terpelihara dalam hati setiap pendidik dan tenaga kependidikan. Seminar daring bukan hanya marak saat pandemi Covid-19 saja, tetapi juga pada masa-masa berikutnya karena hal tersebut merupakan suatu hal yang baik dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Wallaahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun