MEMELIHARA SEMANGAT PEMELAJAR DI MASA PANDEMI COVID-19
Oleh: IDRIS APANDI
(Praktisi dan Pemerhati Pendidikan)
Â
"Corona boleh menghajar, tapi ilmu tetap harus dikejar, dan semangat belajar tidak boleh ambyar."
Â
Dunia pendidikan adalah salah satu bidang yang terdampak oleh pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 hingga sekarang. Pembelajaran yang awalnya dilakukan secara tatap muka, diubah menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan memanfaatkan berbagai aplikasi pembelajaran daring seperti rumah belajar, ruangguru, edmodo, google classroom, YouTube, dan sebagainya.
Sarana interaksi dan komunikasinya menggunakan berbagai aplikasi mulai dari WA, zoom, webex, skype, atau Google Meet, dan sebagainya. Dalam perkembangannya belajar juga dapat diakses melalui TVRI untuk menyiasati keterbatasan sarana dan prasarana, sinyal internet yang lemah, dan membengkaknya biaya untuk kuota internet.
Bukan hanya pelajar dan mahasiswa saja yang harus belajar. Orang tua, pendidik dan tenaga kependidikan pun yang banyak yang menggunakan waktu selama di rumah untuk belajar secara daring. Saya melihat informasi seminar-seminar daring berseliweran di grup-grup WA. Tinggal dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing.
Situasi dan kondisi yang kurang baik saat ini tidak mengurangi semangat untuk belajar. Banyak yang haus ilmu pengetahuan dan berupaya menyiasatinya melalui pembelajaran daring. Dengan kata lain, hal ini dilakukan dalam rangka memelihara semangat belajar para pemelajar. Istilahnya, wabah corona boleh menghajar, tapi ilmu tetap harus dikejar, dan semangat belajar tidak boleh ambyar.
Melalui pembelajaran daring yang saat ini banyak dilakukan, saya melihat bahwa semangat berbagi ilmu pengetahuan juga tinggi. Selain mengundang pakar-pakar di bidangnya, juga sesama rekan sejawat juga saling berbagi ilmu dan pengalaman. Mereka berbagi peran atau berganti-ganti peran. Bisa menjadi moderator, host, atau narasumber. Tergantung kebutuhan atau kesepakatan. Intinya, belajar bersama, maju semuanya.
Inilah sebenarnya hakikat dari pembelajaran orang dewasa. Dia akan belajar sesuai dengan kebutuhannya. Setiap pendidik dan tenaga kependidikan pun punya minat dan kemampuan yang beragam meski pada bidang yang sama, yaitu pendidikan. Ada yang minat terhadap menulis, pengembangan strategi pembelajaran, pengembangan media pembelajaran, pemanfataan TIK dalam pembelajaran, parenting, psikologi pendidikan, dan sebagainya. Intinya, semua adalah bagian-bagian yang tidak terpisahkan dengan dunia pendidikan, sehingga bisa saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya.
Ada hikmah dibalik musibah. Kalimat bijak tersebut cukup relevan dikaitkan dengan kondisi saat ini. Kesulitan melakukan pembelajaran secara tatap muka, membuat orang dipaksa harus belajar dan beradaptasi dengan hal yang baru, yaitu pembelajaran dengan memanfaatkan media daring. Selain dengan menggunakan media daring, pembelajaran secara mandiri pun bisa dilakukan secara konvensional, misalnya dengan membaca kembali buku-buku referensi, jurnal, atau majalah ilmiah yang sudah lama tidak dibaca karena sibuk mengajar di sekolah.
Semoga tidak ada lagi istilah guru gaptek, karena salah satu ciri atau karakter guru profesional adalah meningkatkan profesionalismenya secara berkelanjutan. Apalagi era digital saat ini perkembangan ilmu pengetahuan berjalan begitu pesat dan cepat. Para guru yang didominasi oleh generasi abad 20 harus membimbing para siswa yang merupakan generasi millennial bahkan generasi Z.
Ali bin Abi Thalib beramanat, "didiklah anakmu didikmu sesuai dengan zamannya." Oleh karena itu, konsekuensinya, para guru dituntut melek Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai pendukung pembelajaran. Oleh karena itu, beberapa tahun lalu ada istilah guru pemelajar, dan saat ini ada istilah guru penggerak sebagai upaya meningkatkan mutu guru.
Di era digital saat ini, pembelajaran daring memang tidak bisa dihindarkan. Pemanfaatan TIK untuk pembelajaran merupakan sebuah keniscayaan. Konsekuensinya, setiap orang harus melek TIK. Hal ini sejalan dengan salah satu literasi yang harus dikuasai oleh manusia, yaitu melek literasi digital, karena kalau tidak melek literasi digital, dia akan sulit beradaptasi dengan perkembangan zaman begitu pesat. Dampaknya akan tertinggal dan sulit bersaing ditengah persaingan yang semakin ketat.
Semoga semangat pemelajar akan terus menyala dan terpelihara dalam hati setiap pendidik dan tenaga kependidikan. Seminar daring bukan hanya marak saat pandemi Covid-19 saja, tetapi juga pada masa-masa berikutnya karena hal tersebut merupakan suatu hal yang baik dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Wallaahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H