Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Covid-19 dan Membangun Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Saat Belajar dari Rumah

28 Maret 2020   16:37 Diperbarui: 16 Juni 2021   17:34 2929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara Membangun Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Saat Belajar dari Rumah (unsplash/annie-spratt)

Pasca mewabahnya virus Corona (COVID-19), pemerintah memutuskan untuk membuat kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bagi para peserta didik. Moda pembelajaran dalam jaringan (daring/ online) menjadi alternatif utama pembelajaran. 

Moda pembelajaran ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya antara lain; (1) dapat dilakukan tanpa harus bertatap muka, (2) bersifat mobile atau bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, (3) lebih efektif dan lebih efisien, (4) menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). 

Kelemahannya antara lain; (1) tidak semua siswa memiliki perangkat TIK (laptop/ smartphone) yang memadai, (2) bisa terkendala sinyal, (3) memerlukan kuota internet yang besar yang berdampak terhadap dana yang harus dikeluarkan, (4) ada orang tua peserta didik yang belum melek TIK.

Baca juga : Pentingnya Peran Orang Tua dalam Memanajemen Belajar Anak pada Masa Pandemi

Selama peserta didik belajar di rumah, guru tetap bekerja dengan membimbing peserta didik secara daring dan memberikan soal-soal latihan yang harus dikerjakan oleh mereka. Para orang tua harus menjadi "guru dadakan" bagi anak-anaknya, walau sebenarnya mereka adalah guru pertama dan utama bagi anaknya. 

Ada sejumlah peserta didik dan sejumlah orang tua protes berkaitan kegiatan belajar di rumah. Peserta didik karena banyak tugas yang harus dikerjakan dan terkesan asal memberi tugas, sedangkan orang tua protes karena harus membimbing, ikut membantu siswa mengerjakan tugas. Bagi mereka, hal ini lebih sulit dari mengerjakan pekerjaan rumah tangga atau memasak.

Sejalan dengan implementasi kurikulum 2013, proses pembelajaran di sekolah di arahkan memiliki keterampilan berpikir kritis (critical thinking) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS). 

Saat kegiatan belajar berpindah dari rumah ke sekolah, kemampuan berpikir kritis dan HOTS tetap bisa dibangun. Adapun ranah dari HOTS yaitu: C-4 (menganalisis), C-5 (mengevaluasi), dan C-6 (mencipta). Kemampuan berpikir kritis dibangun melalui stimulant-stimulan berupa bahan bacaan atau tugas yang membuat peserta didik berpikir kritis.

Baca juga : Mendengarkan Musik Bisa Membantu Kita untuk Meningkatkan Semangat belajar

Melalui pembelajaran daring secara live dengan menggunakan aplikasi seperti webex atau zoom, guru bersama peserta didik bisa melakukan curah pendapat (brainstorming), diskusi, studi kasus, dan sebagainya. Selain sebagai sumber belajar, guru bisa menjadi moderator pada saat diskusi berlangsung.

Pada saat pembelajaran daring yang tidak live, guru dapat menyiapkan sejumlah tugas atau pertanyaan yang bisa dikerjakan oleh peserta didik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun