Maklum, saya seorang sarjana PPKn. Jadi tulisan-tulisan saya tersebut dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan saya. Â Walau demikian, hampir 80 persen tulisan-tulisan saya membahas masalah pendidikan, karena saya bekerja di lembaga pendidikan dan sering berinteraksi dengan para pelaku pendidikan dengan segala dinamika dan keluh-kesahnya.
"Kegundahan" dan "keresahan" saya saat melihat sebuah permasalahan menjadi pintu masuk saya saat hendak menulis. Kalau tidak segera dituliskan, rasanya saya punya hutang yang harus saya bayar. Oleh karena itu, saat inspirasi atau ide itu datang, maka saya upayakan eksekusi menjadi sebuah tulisan. Tapi kalau tidak sempat menulisnya secara utuh, maka saya menulis garis-garis besarnya pada gawai saya. Pisau analisis harus tajam saat menulis. Oleh karena itu, harus banyak diasah melalui praktik dan praktik.
Kalau tidak punya pisau analisis yang tajam, maka akan sulit mengembangkan ide. Aliran tulisan menjadi kurang lancar, tersendat, bahkan terhenti, karena kehabisan kata-kata. Bingung, apa yang hendak ditulis. Akibatnya, sebuah tulisan pun terhenti di tengah jalan dan kebanyakan gagal diselesaikan karena keburu malas atau terganggu oleh pekerjaan lain.
Perlu kemauan kuat untuk melanjutkan sebuah tulisan yang baru "setengah matang" atau terjeda oleh pekerjaan lain. Selain kemauan yang kuat, juga perlu menambah atau mencari bahan untuk "memanjangkan kata-kata" dalam sebuah tulisan. Antara lain dengan membaca dan jalan-jalan (observasi) ke mana saja (alangkah lebih baik jika tempat tersebut yang ada kaitannya dengan tulisan yang sedang ditulis).
Menulis bagi saya adalah sebuah rekreasi akademik dan pengembaraan ide yang mugkin tidak akan pernah selesai, kecuali nyawa telah terpisah dari raga. Sepanjang otak masih bisa digunakan untuk berpikir, maka kegiatan menulis akan terus saya lakukan. Untuk siapa saya menulis? Tentunya pertama untuk diri saya sendiri, dan berikutnya ilmu pengetahuan, dan untuk masyarakat. Saya termasuk yang yakin bahwa tulisan yang positif akan berkontribusi membangun peradaban dan membentuk manusia beradab.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI