Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menjadi Widyaiswara yang Piawai Bicara dan Lincah Menulis

8 Februari 2020   10:23 Diperbarui: 8 Februari 2020   10:25 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

MENJADI WIDYAISWARA YANG PIAWAI BICARA DAN LINCAH MENULIS

Oleh:

IDRIS APANDI

(WI LPMP Jawa Barat, Penulisan Ratusan 800 Artikel dan 42 Buku)

 

Pasal 1 ayat (2) Permeneg PAN dan RB Nomor 22 tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya menyebutkan bahwa "Widyaiswara adalah PNS yang jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk melakukan kegiatan mendidik, mengajar, dan/atau melatih Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang selanjutnya disingkat Dikjartih PNS, dan melakukan evaluasi dan pengembangan Pendidikan dan Pelatihan yang selanjutnya disingkat Diklat pada Lembaga Diklat Pemerintah."

Ayat (3) menyebutkan bahwa Widyaiswara adalah "PNS yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk Dikjartih PNS, dan melakukan Evaluasi dan Pengembangan Diklat pada Lembaga Diklat Pemerintah."

Menjadi widyaiswara (WI) tidak mudah. Ada proses ketat yang harus dilalui, mulai dari seleksi administratif, seleksi akademik, hingga harus lulus diklat. Oleh karena itu, tidak heran kalau cukup banyak yang ingin menjadi WI baik yang berasal dari tenaga administrasi/ struktural, tenaga fungsional guru, kepala sekolah, pengawas, atau tenaga fungsional lainnya. 

Bahkan mantan pejabat pun cukup banyak yang berminat menjadi WI. Jika mendengar kata WI memang cenderung identik dengan "maha guru", orang yang ilmunya tinggi, wawasannya luas, bahkan dianggap serba tahu. Oleh karena itu, ada gengsi dan kebanggaan tersendiri saat seseorang menjabat sebagai tenaga fungsional widyaiswara.

Bicara (presentasi/ memfasilitasi) bisa dikatakan menjadi "makanan pokok" setiap widyaiswara (WI). Mengapa? Karena tugas utamanya adalah mendiklat peserta diklat, memfasilitasi peserta bimtek atau workshop. Pada saat diklat calon widyaiswara, setiap peserta berlatih presentasi atau peer teaching di hadapan sesama peserta dan puncaknya diuji oleh tim penguji hingga dinyatakan lulus diklat calon widyaiswara.

Setiap WI pastinya memiliki kemampuan berbicara di muka umum khususnya peserta diklat, walau tentunya memiliki gaya berbicara yang beragam. Ada yang kalem, ada yang humoris, ada yang semangat menggebu-menggebu, atau mengombinasikan berbagai gaya bicara tersebut sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi. 

Walau demikian, intinya setiap WI berharap tujuan diklat tercapai, yaitu mewujudkan setiap peserta diklat yang kompeten. Dengan kata lain, setiap WI saya kira telah memiliki kemampuan public speaking yang baik. Tinggal kemampuannya diasah terus seiring dinamika, tantangan, dan kebutuhan di lapangan.

Adalah sebuah hal yang sangat baik jika seorang WI disamping piawai berbicara juga lincah menulis, karena menurut saya dua kemampuan tersebut merupakan modal penting dan strategis bagi WI. Seorang WI menyebarkan ilmu yang dimilikinya selain melalui pembicaraan, juga melalui tulisan. Dua-duanya saling melengkapi dan saling menguatkan.

Dalam konteks menulis, sebenarnya pada saat diklat calon WI pun, para peserta diklat dibekali dengan kemampuan menyusun bahan ajar. Hal ini bisa menjadi modal bagi WI untuk terus meningkatkan atau mengembangkan kemampuan menulisnya, karena beragam karya tulis bisa dibuat oleh seorang WI, mulai dari dari bahan ajar, diktat, modul, artikel populer, artikel jurnal, makalah/ prosiding, buku, dan sebagainya. 

Beragam jenis karya tulis tersebut, disamping sarana menyebarkan ide, gagasan, dan ilmu pengetahuan, juga dapat menunjang untuk kenaikan pangkat atau karirnya.

Saya sendiri punya pengalaman mengumpulkan Angka Kredit (AK) dari gol. 3D ke 4A hanya dalam 1 tahun. SK jabatan saya sebagai WI Ahli Madya TMT 1 Oktober 2018 jumlah AK 526,52. SK Gol. 3D TMT 1 April 2019 dan pada HAPAK penilaian periode November 2019 dengan total AK yang diperoleh sebesar 642,32, dengan rincian unsur utama sebesar 507,32 dan unsur penunjang sebesar 135. Saya tinggal memenuhi terpenuhinya TMT Pangkat saja, karena baru satu tahun pada pangkat terakhir.

Pencapaian AK saya disamping dikumpulkan dari aspek dikjartih, juga sangat terbantu oleh Karya Tulis Ilmiah (KTI) pengembangan profesi. Dan masalah KTI ini banyak menghambat WI naik pangkat. Banyak WI yang telah memenuhi AK pada aspek dikjartih dan unsur penunjang, tetapi masih kekurangan AK pada aspek KTI pengembangan profesi sebagai salah satu unsur utama.

Kegiatan menulis juga membuat seorang WI bisa makin makin terkenal atau populer, karena tulisan-tulisanya tersebut bisa menjadi sarana promosi diri, dan buku-buku hasil karyanya bisa menjadi "kartu nama" bagi dirinya. Dengan kata lain, karya tulis dapat menjadi jembatan untuk menambah relasi, jaringan, dan silaturahmi.

Sekali lagi idealnya memang seorang WI piawai bicara dan lincah menulis, tapi kenyataannya memang tidak ada yang sempurna. Tidak setiap WI punya kemampuan itu. Disamping kelebihan, dia juga punya kelemahan. Dan banyak alasan pula dikemukakan mengapa WI sulit menulis, mulai dari masalah kesibukan sampai rasa malas.

Walau belum ada hasil riset berapa persen WI yang dapat menulis dengan baik, mungkin persentasenya masih sedikit. Hal ini sebenarnya bisa menjadi motivasi bagi para WI untuk terus mengasah kemampuannya menulis karena banyak masyarakat termasuk dari kalangan pendidikan yang memerlukan pencerahan dari WI yang dianggap sebagai "gurunya guru".

Hal ini perlu menjadi program bagi lembaga pembina WI dan organisasi profesi WI untuk mengadakan diklat, bimtek, atau workshop penulisan KTI bagi para WI agar peningkatan karirnya terbantu, kehormatannya terjaga, dan kehadirannya makin terasa manfaatnya oleh masyarakat. Dengan demikian, jabatan fungsional WI akan semakin semakin berkibar dan semakin diperhitungkan para pemangku kepentingan.

Kalau saya perhatikan lembaga pembina WI atau organisasi profesi WI juga suka menyelenggarakan pelatihan menulis bagi WI, hanya  memang kuotanya terbatas. Harus antri atau giliran. Oleh karena itu, seorang WI sejak diangkat mungkin saja ada yang belum pernah sama sekali mengikuti kegiatan tersebut, karena terkendala masalah kuota.

Oleh karena itu, menurut saya ada beberapa alternatif solusi yang bisa dilakukan, yaitu 

(1) diseminasi dari WI yang pernah ikut pelatihan menulis kepada WI yang belum pernah ikut kegiatan pelatihan menulis, minimal sesama WI dalam satu unit kerja, 

(2) meminta bantuan kepada WI yang dinilai memiliki kompetensi menulis untuk mengajari rekan sejawatnya menulis, 

(3) lembaga tempat WI bertugas menyelenggarakan In House Training (IHT) penulisan KTI bagi WI, 

(4) WI yang bersangkutan belajar atau berlatih menuli secara mandiri atau otodidak, dan 

(5) WI yang bersangkutan mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang saat ini banyak dilaksanakan dengan biaya sendiri.

Di saat tantangan peningkatan mutu aparatur sipil negara termasuk para WI, maka aktivitas menulis dapat menjadi jawaban terhadap peningkatan mutu tersebut. Saya yakin para WI pun tentunya memiliki komitmen menjadi WI pemelajar atau WI penggerak, bahkan perlu menjadi pelopor atau leader dalam peningkatan mutu. WI yang piawai bicara dan lincah menulis akan menjadikan WI yang selain profesional juga menjadi "sang pencerah" bagi bangsa dan negara. Maju terus WI Indonesia...!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun