Kalau mengacu kepada usia saya yang akan menginjak 40 tahun, sebenarnya saya masih terhitung usia produktif. Bahkan menuju batas usia sebagai PNS pun, misalnya usia pensiun saya pada usia 60 tahun, masih ada waktu 20 tahun lagi. Sebuah perjalanan yang masih jauh dalam meniti karier sebagai PNS di sebuah kementerian.
Walau demikian, saya jauh-jauh hari sudah berpikir bahwa masa pensiun itu pasti datang. Hanya soal waktu saja. Terbayang kalau misalnya saya pensiun tanpa banyak melakukan kegiatan, saya akan jenuh, bosan diam terus di rumah, bahkan mungkin stres, karena biasanya saya bekerja, saya terpaksa harus berhenti bekerja.
Berdasarkan kepada hal tersebut, saya memikirkan apa aktivitas yang saya lakukan pascapensiun? Maka saya dengan cepat memutuskan disamping banyak beribadah dan berolah raga, saya akan banyak membaca dan menulis. Mengapa?
Karena berdasarkan beberapa hasil penelitian yang saya pernah baca dan berdasarkan pengamatan saya, orang yang banyak membaca dan menulis tidak akan cepat pikun dan tampak sehat walau usianya sudah kepala tujuh atau kepala delapan.
Penyakit kepikunan ditandai dengan hilangnya ingatan atau kesulitan seseorang untuk memperoleh informasi yang sudah tersimpan di dalam otak. Meskipun kepikunan adalah bagian umum dari penuaan, kondisi ini juga dapat berupa sebuah gejala penyakit atau efek samping dari konsumsi obat-obatan atau suatu tindakan.
Ingatan dapat dipengaruhi oleh proses penuaan. Semakin tua seseorang, berbagai macam proses dan reaksi kimia terjadi pada beberapa organ vital, salah satunya adalah otak. Perubahan ini di sisi lain dapat mempengaruhi bagian pada otak yang bertanggung jawab dengan sistem saraf panca indera dan ingatan.
Penyebab pikun antara lain:
Dementia: Dementia adalah sebuah istilah yang luas yang menyangkut kerusakan atau cedera pada otak yang dapat membuat otak tidak dapat mengingat ingatan dan keahlian hidup seperti cara berkomunikasi atau cara makan.
Amnesia: Juga dikenal sebagai sindrom amnesic, adalah kondisi yang ditandai dengan kehilangan ingatan setelah suatu kejadian yang mengakibatkan trauma, seperti kecelakaan atau cedera.
Obat-obatan: Beberapa jenis obat-obatan, seperti obat antidepresan diketahui dapat mengubah susunan kimia otak, yang akhirnya dapat mempengaruhi kemampuan organ tersebut untuk menyimpan dan mengingat suatu ingatan.
Gaya hidup: Gaya hidup seseorang dapat menyebabkan terjadinya kepikunan. Belakangan ini ditemukan bahwa dalam tidur, otak menampilkan ulang aktivitas yang dilakukan sepanjkang hari di saat sistem saraf membangun hubungan baru. (sumber: docdoc.com).
Mengapa menulis dapat mencegah dari kepikunan? Karena ketika seseorang menulis, dia menggunakan otaknya untuk berpikir, mengasah nalar, logika, dan berpikir kritis, serta mempertajam daya analisisnya.
Saat orang menulis, pastinya juga disertai membaca. Membaca dan menulis dikenal sebagai dua resep yang mujarab untuk mencegah atau memperlambat kepikunan.
"Menuliskan setiap momen -- baik maupun buruk -- akan membantu Anda mengerti akan apapun yang terjadi di dalam hidup anda." terang seorang profesor di Universitas Albany, New York, Amerika Serikat, Arthur Applebee.
"Menulis apa yang Anda alami sehari-hari juga dapat melatih otak sekaligus meningkatkan daya ingat yang akan di kemudian hari." jelas Martin Conway dan Sue Gathercole. (Tempo, 18/04/2017).
Saat saya menempuh pendidikan di perguruan tinggi, saya melihat dosen-dosen yang rata sudah profesor dan berusia diatas 60 tahun masih segar, tampak awet muda. Mereka masih bersemangat mengajar mahasiswa.
Walau saya tidak bertanya secara langsung kepada mereka, aktivitas mereka membaca dan menulis sepertinya membuat mereka selalu segar, memiliki ingatan kuat, dan tidak mudah pikun.
Saya yakin siapa pun tidak menginginkan kepikunan. Oleh karena itu, setiap orang manula perlu melakukan berbagai aktivitas positif memberdayakan otak mereka, diantaranya dengan menulis. Tulislah mulai kegiatan yang sederhana saja seperti aktivitas dari bangun tidur hingga tidur lagi.
Menurut saya, kegiatan menulis pascapensiun selain untuk mengisi waktu, bisa jadi hobi, dan bisa juga menjadi sumber penghasilan bagi seorang pensiunan. Kalau ada istilah guru, dosen, atau widyaiswara penulis, maka tidak kalah keren kalau ada istilah pensiunan penulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H