Melalui karyanya, seorang WI penulis akan eksis di kalangan sesama rekan sejawatnya, di kalangan orang yang pernah menjadi peserta diklat yang difasilitasinya, di kalangan para pemangku kepentingan (stake holder), dan di kalangan pembaca atau penikmat karya-karyanya.
Seorang penulis akan senang jika karya-karyanya selalu ditunggu diapresiasi oleh para pembaca. Hal yang yang menyenangkan adalah saat para pembaca (baca = pembeli) bukunya lalu meminta tanda tangan sang penulis dan meminta foto bareng (welfie) bersamanya.
Karya tulis juga bisa menjadi sarana promosi dirinya. Promosi buku bisa langsung dilakukan oleh dirinya atau testimoni oleh orang lain yang telah memiliki atau membaca bukunya. Promosi bisa dilakukan melalui media sosial, pada saat kegiatan diklat, atau pada kegiatan lainnya.
Promosi buku bisa juga sekaligus sebagai promosi diri (baca = kompetensi) sang penulisnya. Buku yang ditulisnya akan mencerminkan dirinya sebagai narasumber atau fasilitator yang kompeten. Dan hal ini tentunya akan menjadi pertimbangan pihak yang mengundangnya menjadi fasilitator. Oleh karena itu, undangan demi undangan menjadi narasumber datang silih berganti seiring dengan semakin terkenalnya sang penulis. Hal ini tentunya menjadi berkah tersendiri bagi dirinya.
Dampak dari menulis, dia pun bisa diundang menjadi narasumber dialog (talk show) di stasiun TV atau radio. Ingat, bahwa stasiun TV atau radio tidak akan mengundang orang yang kurang kompeten atau kepakarannya diragukan, tetapi akan mengundang orang yang kepakarannya sudah teruji dan bisa dipertanggung-jawabkan, salah satunya adalah melalui bukti fisik berupa karya tulis yang ditulisnya.
Menambah Penghasilan
Selain mendapatkan gaji dan tunjangan, bagi WI menulis bisa menjadi sarana untuk menambah penghasilan. Misalnya honor dari menulis di koran atau majalah, bukunya banyak dibeli orang, atau honor sebagai pemateri di sebuah pelatihan. Jika relevan, buku yang ditulisnya pun bisa dijadikan paket pelatihan yang diisinya. Jadi, dia akan mendapatkan honor sebagai pemateri dan keuntungan dari buku yang dijualnya. Dobel penghasilan bukan?
Contoh Nyata Gerakan Literasi
Menulis adalah bukti nyata dukungan seorang WI dalam membangun dan memasyarakatkan gerakan literasi yang digulirkan oleh pemerintah sejak tahun 2015. Dia tidak hanya sekadar meminta para peserta untuk aktif dan produktif menulis, tetapi dia memberi contoh bahwa dia pun menulis atau menghasilkan karya.
Dengan kata lain, dia menjadi teladan bagi para peserta. Sebuah pepatah bijak mengatakan "satu perbuatan lebih baik dibandingkan dengan seribu kata-kata." Selain menjadi teladan, dia pun akan berwibawa dan dihormati oleh para peserta diklat pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Itulah delapan alasan mengapa seorang WI harus menulis dalam pandangan saya. Pilihan ada di tangan para WI atau para pembaca tulisan ini, mau menulis atau tidak? atau mau eksis melalui karya nontulisan pun tidak masalah, yang penting berkarya dan bermanfaat bagi orang lain. Selamat berkarya!