Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memaknai Pidato Nadiem Makarim

25 November 2019   22:58 Diperbarui: 25 November 2019   23:04 1803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Keenam:

"Anda tahu bahwa setiap anak memiliki kebutuhan berbeda, tetapi keseragaman telah mengalahkan keberagaman sebagai prinsip dasar birokrasi."

Setiap anak adalah unik. Dalam perspektif psikologi pembelajaran, tidak ada anak yang bodoh, tetapi yang ada anak yang cepat menguasai materi pelajaran dan ada yang memiliki waktu yang lebih lama untuk menguasai pembelajaran.

 Tidak ada anak yang bodoh, tetapi guru yang belum mampu mengidentifikasi minat, bakat, dan potensi setiap peserta didiknya. Tidak ada anak yang tidak cerdas, tetapi memiliki kecerdasan yang beragam.

Mengacu kepada teori kecerdasan majemuk (multiple intelligence) yang disampaikan oleh Howard Gardner, terdapat  8 (delapan) jenis kecerdasan sebagai  berikut : (1) kecerdasan linguistik (bahasa), (2) kecerdasan logis-matematik, (3) kecerdasan musikal, (4) kecerdasan visual-spasial (gambar-ruang), (5) kecerdasan kinestetik (gerak tubuh), (6) kecerdasan intrapersonal (memahami dan mengelola diri sendiri), (7) kecerdasan interpersonal (memahami dan membina hubungan baik dengan orang lain), dan (8) kecerdasan naturalis (alam, hewan, tumbuhan).

Praktik pendidikan kita masih mengacu kepada raihan angka-angka yang dicapai oleh peserta didik pada buku rapot. bukan berdasarkan potensi yang dimilikinya. Rangking ibarat berhala dan pengastaan yang masih terjadi di lingkungan pendidikan.

Saat melamar pekerjaan pun, IPK kadang menjadi syarat untuk diterima, padahal tidak ada hubungan yang siginifikan antara IPK dengan kemampuan seorang pegawai saat bekerja.

Hal yang diperlukan saat bekerja disamping pengetahuan dan keterampilan terhadap pelaksanaan tugasnya, juga yang paling menentukan adalah kemampuannya dalam mengelola diri (intrapersonal skill), bisa bekerja dalam kelompok, saling menghormati dan menghargai (interpersonal skill), bekerja di bawah tekanan (underpressure), kreativitas, dan inovasi.

Dalam praktiknya, proses pendidikan didistorsi menjadi sebuah proses persekolahan, karena peserta didik hanya dijejali ilmu pengetahuan, tetapi kurang ditumbuhkan atau dikuatkan karakternya.

Dengan demikian, pendidikan gaya bank pun terjadi. Setiap peserta didik dianggap sebagai gelas kosong yang siap diberikan ilmu pengetahuan apapun. Setiap peserta didik yang memiliki beragam potensi itu diberikan materi dengan metode yang sama.

Ibaratnya burung dan ikan diajari untuk terbang. Tentunya burunglah yang akan mampu melakukannya. Sedangkan ikan akan dianggap bodoh karena tidak bisa terbang, padahal ikan butuhnya bukan bisa terbang, tetapi berenang atau hidup di air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun