Orang yang literat tentunya dapat memilih dan memilah informasi yang diterimanya. Tidak langsung ditelan mentah-mentah, bahkan disebaran di grup-grup media sosial (medsos), dan ternyata informasi tersebut hoaks dan fitnah. Sudah banyak orang yang terjerat hukum akibat menyebar hoaks dan fitnah di medsos. Oleh karena itu, sebuah pepatah bijak mengatakan "saring sebelum sharing." Hal tersebut bertujuan untuk memimalisasi tersebarnya hoaks dan fitnah di medsos dan untuk mengantisipasi dampak hukum dari perbuatan tersebut.
Walau literasi walau baru beberapa tahun ini digembar-gemborkan seiring dengan implementasi K-13, secara substantif sebenarnya telah banyak diimplementasikan oleh guru dalam pembelajaran. Bentuk aktivitas literasi dalam pembelajaran selain membaca buku berbagai sumber belajar, juga memfasilitasi adanya curah pendapat (brainstorming), dan diskusi antarsiswa sehingga bisa saling melengkapi dan mencerahkan. Tugas guru hanya disamping sebagai sebagai salah satu sumber belajar, juga menjadi fasilitator dan mengatur jalannya proses pembelajaran.
Pendidikan Karakter
Pembelajaran saintifik sangat kental dengan nilai-nilai pendidikan karakter. antara lain; kerja sama, kerja keras, sungguh-sungguh, tekun, sabar, belajar bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain, saling menghormati, saling menghargai, komunikatif, kreatif, inovatif, jujur, disiplin, tertib, tanggung jawab, dan sebagainya. Dengan demikian, pada pembelajaran saintifik bukan hanya terjadi transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) tetapi juga transformasi nilai (transformation of value).
Pembelajaran saintifik yang melatih siswa untuk melakukan penelitian walau pada tataran yang sederhana mendorong siswa untuk mampu menginternalisasikan nilai-nilai karakter positif dalam kehidupannya sehari-hari, karena untuk bisa sukses dalam kehidupan bukan hanya bermodal kecerdasan intelektual (hard skill), tetapi  juga perlu softskill seperti kecerdasan spiritual, kecerdasan sosial, kecerdasan emosional, dan kecerdasan ketahanpayahan.
Pada kondisi saat ini, dimana setiap orang disamping diarahkan untuk mampu bersaing juga harus mampu bersanding, sinergi, dan berkolaborasi, karena pada manusia selain sebagai individu juga sebagai makhluk sosial alias tidak dapat hidup sendiri, tetapi memerlukan bantuan orang lain.
Orang yang hanya siap menang, tidak siap kalah, egois, dan sulit bekerja dalam kelompok adalah gambaran orang yang memiliki karakter yang buruk. Dalam konteks pembelajaran saintifik, biasanya dalam kelompok akan terlihat ada siswa yang dominan dan mau menang sendiri, tetapi ada pula ada siswa yang pasif, hanya diam, tidak mau menyampaikan gagasan dan kurang kreatif serta inovatif. Oleh karena itu, guru sekuat tenaga agar mampu membimbing, mengarahkan, dan memberdayakan para siswanya sesuai dengan gaya siswanya yang beragam.
Berdasarkan kepada uraian diatas, maka pembelajaran penerapan pendekatan saintifik, HOTS, literasi, dan pendidikan karakter dalam pembelajaran merupakan satu kesatuan dan saling melengkapi dalam rangka membentuk generasi emas Indonesia 2045 yang cerdas dan berkarakter. Wallaahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H