PENDEKATAN SAINTIFIK, HOTS, LITERASI, DAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21
Oleh:
IDRIS APANDI
(Widyaiswara LPMP Jabar, Penulis Buku Strategi Pembelajaran Aktif Abad 21 dan HOTS)
Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah perubahan kurikulum dari kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 (K-13). Sejalan dengan implementasi K-13, guru diharapkan mengubah paradigma pembelajaran yang awalnya berpusat kepada guru (teacher centered) menjadi berpusat kepada siswa (sudent centered), dan mengembangkan model pembelajaran kolaboratif dan serta kooperatif sehingga para siswa memiliki pengalaman belajar yang bermakna, mampu berpikir kritis, kreatif, inovatif, dan mampu menyelesaikan masalah.
Hal inilah yang disebut sebagai kompetensi abad 21 atau dikenal dengan 4C, yaitu (1) communicative, (2) collaborative, (3) critical thinking and problem solving, dan (4) creative and innovative. Kompetensi abad 21 menjadi modal penting untuk melahirkan generasi bangsa yang disamping kompeten dan kompetitif, juga memilih jiwa tangguh di tengah persaingan global dan regional yang semakin ketat.
Pembelajaran abad 21 juga mengarahkan siswa untuk mengalami pengalaman belajar, yaitu; (1) learning to know (belajar untuk tahu), (2) learning to do (belajar untuk melakukan), (3) learning to be (belajar untuk menjadi), dan (4) learning to live together (belajar untuk hidup bersama dengan yang lain).Â
Menyikapi hal tersebut, maka pada K-13 dikenal 4 (empat) Kompetensi Inti (KI) yang meliputi KI-I sikap spiritual, KI-II sikap sosial, KI-III pengetahuan, dan KI-IV keterampilan. Kompetensi inti merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari siswa untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Dalam konteks pengalaman belajar, KI-I dan KI-II relevan dengan learning to be dan learning to live together, KI-III relevan dengan learning to know, dan KI-IV relevan dengan learning to do.
Pendekatan Saintifik
Dalam upaya memberikan kompetensi abad 21 kepada para siswa, maka para proses pembelajaran, guru didorong untuk menerapkan pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah yang dikenal dengan 5M, yaitu (1) mengamati, (2) menanya, (3) mengumpulkan informasi, (4) menalar/ mengasosiasikan, dan (5) mengomunikasikan. Sesuai dengan namanya, pendekatan saintifik dalam pembelajaran mengarahkan siswa untuk meneliti melalui penerapan metodologi ilmiah.
Dengan kata lain, proses pembelajaran tidak hanya mengondidisikan agar siswa duduk, dengar, catat, dan hapal yang dikenal dengan DDCH, tetapi dapat aktif belajar baik secara individu maupun secara kelompok. Pada kurikulum 1984 dan 1994 pernah populer istilah Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), tapi dalam pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai dengan harapan.Â