Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengantisipasi Bencana Melalui "Ecoliteracy"

3 April 2019   16:05 Diperbarui: 4 April 2019   09:34 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bencana terjadi di berbagai daerah, mulai dari gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, longsor, dan kebakaran hutan. Berbagai bencana tersebut telah banyak memakan korban, baik korban harta maupun nyawa manusia. Bencana selain disebabkan oleh faktor gejala alam juga banyak disebabkan oleh tangan jahat manusia.

Pada bencana yang disebabkan oleh gejala alam, manusia tidak bisa menolaknya, karena hal tersebut berkaitan dengan ketentuan Tuhan. Yang bisa dilakukan oleh manusia adalah melakukan upaya antisipasi dan berdoa semoga terhindar dari musibah. 

Indonesia adalah negara yang terletak di pada cincin api, rawan terjadi bencana. Beberapa hasil kajian menyebutkan bahwa bencana di Indonesia seperti gempa bumi dan gunung berapi hanya soal waktu karena alam terus bergerak menuju keseimbangannya.

Sedangkan bencana yang disebabkan oleh tangan jahat manusia, ini membuat miris dan prihatin, karena manusia sebagai khalifah di muka bumi, bukannya memelihara dan melestarikan alam dan lingkungan, tetapi karena serakah dan lalai, justru manusia merusaknya. 

Akibatnya, ketika bencana datang, korban pun berjatuhan, bukan hanya dirinya, tetapi juga orang lain. Dampaknya bukan hanya di rasakan di lingkungan tempat tinggalnya, tetapi juga di lingkungan yang lebih luas.

Ketika bencana datang, semua ribut, bahkan cenderung saling menyalahkan, sedangkan banyak korban bencana yang memerlukan bantuan terabaikan. Anggaran yang akan digunakan untuk pembangunan justru digunakan untuk penanganan bencana, bahkan bantuan pihak lain dibutuhkan untuk menanganinya karena pemerintah daerah atau pemerintah pusat memiliki dana yang terbatas.

Dalam rangka mengantisipasi dampak atau munculnya bencana alam, maka literasi ekologis (ecoliteracy) menjadi hal yang mutlak perlu dilakukan. Literasi artinya kemelekan, sedangkan ekologis dalam KBBI diartikan bersifat ekologi, dan ekologi itu sendiri diartikan sebagai ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan (kondisi) alam sekitarnya (lingkungannya). 

Dengan demikian, maka ecoliteracy dapat diartikan sebagai upaya untuk memberikan kemelekkan kepada manusia tentang lingkungan, hubungan timbal balik antara manusia dengan alam dan lingkungan hidup, dan pentingnya manusia memelihara dan melestarikan lingkungan alam untuk kesejahteraan umat manusia.

Yang terjadi saat ini justru alam banyak dirusak oleh manusia. Hutan ditebangi dengan mengabaikan reboisasi. Fungsi lahan diubah, yang seharusnya ditanami tanaman keras justru ditanami sayuran, yang seharusnya tidak didirikan bangunan, justru banyak didirikan bangunan ilegal. Akibatnya, hutan menjadi gundul, cadangan air menurun karena kurangnya pohon yang menyerap air, kondisi tanah menjadi labil, dan banjir bandang dan longsor pun menjadi resiko bencana yang bisa terjadi.

Hewan-hewan yang tinggal di hutan tertekan dan keluar dari habitatnya. Mereka lari menuju ke pemukiman penduduk dan menyebabkan konflik antara manusia dengan hewan. Hewan yang keluar dari hutan merusak lahan pertanian, memangsa binatang ternak, hingga menyerang penduduk setempat.

Sampah dan limbah dibuang ke sungai, lahan di bantaran sungai dijadikan pemukiman penduduk, penggunaan kantong plastik semakin banyak sedangkan plastik adalah sampah yang sangat sulit terurai oleh tanah, bahkan perlu waktu ratusan tahun untuk bisa terurai. Akibatnya, pencemaran tanah dan air pun terjadi. Manusia saat ini semakin sulit mendapatkan air bersih dan debit air tanah pun semakin menyusut karena dipompa secara berlebihan oleh manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun