LANGKAH PRAKTIS MELAKUKAN PENILAIAN HOTS
Oleh:
IDRIS APANDI
(Widyaiswara LPMP Jawa Barat, Penulis Buku Strategi Pembelajaran Aktif Abad 21 dan HOTS)
 Dalam melaksanakan kurikulum 2013, guru disamping didorong untuk melaksanakan pembelajaran yang HOTS (Higher Order Thinking Skills), juga didorong untuk menilai hasil belajar pada aspek pengetahuan yang HOTS.
Pembelajaran yang menerapkan HOTS bercirikan transfer pengetahuan (transfer of knowledge), berpikir kritis dan kreatif (critical thinking dan creativity) serta penyelesaian masalah (problem solving). Hal-hal yang dipelajari oleh peserta didik dalam pembelajaran meliputi fakta, konsep, prosedur, dan metakognitif.
Pembelajaran yang HOTS juga menerapkan kecakapan abad 21 atau 4C yang meliputi (1) komunikasi (communication), (2) kolaborasi (collaboration), (3) berpikir kritis dan menyelesaikan masalah (critical thinking and problem solving), (4) kreatif dan inovatif (creative and innovative). Berdasarkan kepada hal tersebut, maka pembelajaran HOTS dapat dapat diterapkan pada beberapa model pembelajaran, seperti pembelajaran menyingkap/ menemukan (inquiry/ discovery), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning/PBL), dan pembelajaran berbasis proyek (project based learning/ PjBL).
Dalam pembelajaran HOTS, tingkat kemampuan yang diberikan kepada peserta didik bukan lagi kemampuan tingkat rendah (Lower Order Thinking Skills/LOTS) seperti mengetahui (C-1), memahami (C-2), dan mengaplikasikan (C-3), tetapi kemampuan tingkat tinggi seperti menganalisis (C-4), mengevaluasi (C-5), dan mengkreasi (C-6).Â
Intinya, peserta didik bukan lagi dijejali oleh ceramah guru dari awal sampai dengan akhir pembelajaran, tetapi memberi ruang kepada pesera didik untuk berpikir, meneliti, menelaah, menganalisis, hingga mampu menemukan dan mengontruksi sendiri pesan utama sebuah materi pembelajaran yang dipelajarinya. Siswa bukan hanya sekedar menyelesaikan sejumlah materi pelajaran, tetapi memiliki bekal yang akan diimplementasikan dalam kehidupannya. Itulah yang disebut sebagai pembelajaran kontekstual (CTL), pembelajaran bermakna (meaningful learning) dan pembelajaran tuntas (mastery learning).
Sebelum menerapkan pembelajaran dan penilaian HOTS, tentunya guru terlebih dahulu harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mencerminkan pembelajaran dan penilaian HOTS, karena RPP tersebut akan menjadi panduan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hasil pembelajaran HOTS akan diukur melalui penilaian HOTS pada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tujuannya untuk mengetahui ketercapaian Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) dari sebuah Kompetensi Dasar (KD) yang diwakili oleh sebuah Kata Kerja Operasional (KKO).
Penilaian Aspek Pengetahuan
Aspek pengetahuan (KI-3) diukur melalui tes, baik test lisan atau test tulisan. Test lisan berupa sejumlah pertanyaan yang telah disiapkan oleh guru dan dijawab secara lisan oleh siswa. Test tertulis terdiri dari dari dua model yaitu objektif dan non objektif. Model soal objektif seperti Pilihan Ganda (PG), menjodohkan, Benar-Salah (BS), dan isian singkat. Sedangkan non objektif yaitu soal uraian. Dalam kaitannya dengan soal HOTS, tipe soal yang digunakan adalah PG dan uraian.
Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis. (Kemdikbud, 2018 : 10-11).
Karakteristik soal HOTS antara lain, (1) mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi, (2) berbasis permasalahan kontekstual, (3) menggunaan bentuk soal beragam, dan (4) mengukur level kognitif C-4 (menganalisis), C-5 (mengevaluasi), dan C-6 (mengkreasi). Adapun langkah-langkah penyusunan soal HOTS sebagaimana tercantum pada Buku Panduan Penilaian HOTS yang diterbitkan oleh Kemdikbud (2018 : 17-18) sebagai berikut:
1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Terlebih dahulu guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS. Tidak semua KD dapat dibuatkan model-model soal HOTS. Guru-guru secara mandiri atau melalui forum KKG/MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.
2. Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk para guru dalam menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk memandu guru dalam:
a. memilih KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
b. merumuskan IPK
c. memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji
d. merumuskan indikator soal
e. menentukan level kognitif
f. Menentukan bentuk soal dan nomor soal
3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus yang digunakan hendaknya menarik, artinya mendorong peserta didik untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya baru, belum pernah dibaca oleh peserta didik. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk membaca. Dalam konteks Ujian Sekolah, guru dapat memilih stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.
4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS. Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal, sesuai format terlampir.
5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman penskoran atau kunci jawaban. Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian. Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.
Penilaian Sikap
Sikap terdiri dari dua jenis, yaitu sikap spiritual (KI-1) dan sikap sosial (KI-2). Instrumen utama penilaian sikap adalah instrumen observasi sedangkan jurnal, penilaian diri, dan penilaian antarteman menjadi instrumen penilaian pendukung. Pada penilaian sikap, diasumsikan semua peserta didik bersikap baik. Adapun ketika ada peserta didik yang memiliki sikap sangat baik atau perlu bimbingan, hal tersebut ditulis pada jurnal oleh guru. Sikap yang sangat baik, misalnya si Fulan pada hari anu tanggal sekian, jam sekian menemukan sebuah dompet di toilet sekolah, dan menyerahkannya kepada petugas piket untuk diumumkan siapa pemilik dompet tersebut. Sedangkan sikap yang perlu bimbingan, misalnya si Badu pada hari anu, tanggal sekian dan jam sekian membuang sampah sembarangan.
Penilaian sikap peserta didik oleh guru menggunakan lembar observasi dan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Adapun jurnal, penilaian diri, dan penilaian antarteman dilakukan sewaktu-waktu. Penilai sikap bisa menjadi bagian dari penilaian proses, misalnya pada saat diskusi kelompok guru berkeliling dan mengamati dan aktivitas peserta didik selama diskusi berlangsung.
Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan dilakukan melalui penilaian praktik, produk, dan proyek. Hal tersebut disesuaikan dengan IPK yang telah ditentukan pada RPP danssuai dengan model pembelajaran yang digunakan. Penilaian yang relevan dengan penilaian keterampilan yaitu KD-KD pada KI-4, misalnya menyusun laporan, percobaan di laboratorium, praktek membaca Alquran, praktek salat, praktek olah raga, praktek menari, praktek membuat sebuah karya, praktek menulis puisi, praktek membaca atau menulis puisi, dan sebagainya. Intinya, pada saat penilaian keterampilan, peserta didik harus mampu memperlihatkan penguasaannya dalam melakukan sebuah gerakan, mempresentasikan sebuah laporan, atau menghasilkan sebuah produk. Dalam penilaian praktek, guru membuat instrumen penilaian disertai dengan rubrik disesuaikan dengan indikator yang akan dinilai.
Dengan mengenal karakter dan jenis-jenis penilaian HOTS, guru diharapkan dapat mengembangkan beragam instrumen penilaian yang dapat memotret kompetensi peserta didik, sehingga semangat penilaian otentik, yaitu penilaian yang objektif, apa adanya dalam mengukur aspek pengetahuan, sikap, dan pengetahuan dengan menggunakan berbagai instrumen penilaian yang relevan dapat terwujud. Proses menilai memang bukan hal yang mudah, tetapi hal ini menjadi sebuah tanggung jawab dari seorang guru profesional. Wallaahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H