Proses ulat menjadi kepompong lalu menjadi kupu-kupu disamping sebuah proses alam, juga merupakan bentuk pengorbanan yang ulat yang luar biasa. Dia bersedia meninggalkan jati dirinya yang lama menjadi jati diri yang baru yang baru melalui proses yang cukup lama dan memerlukan kesabaran. Dari seekor binatang yang dianggap hama dan sumber penyakit, menjadi seekor binatang yang indah, menarik, dan memberikan manfaat terhadap lingkungannya. Mari kita bertanya kepada diri kita masing-masing, sudahkan puasa kita sesuai dengan analogi ulat menjadi kupu-kupu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H