Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lebaran, Edukasi dan Etika Ziarah Kubur

16 Juni 2018   09:27 Diperbarui: 16 Juni 2018   09:35 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Salah satu aktivitas yang dilaksanakan pada saat lebaran adalah ziarah ke makam orang tua atau anggota keluarga yang telah meninggal. Ziarah ke makam biasanya dilaksanakan pada hari H atau H+1 lebaran.

Pemakaman ramai oleh peziarah dari berbagai daerah. Para pedagang bunga dan pembersih makam ikut mendapatkan berkah, sementara para pendoa sibuk membantu penziarah yang tidak bisa membaca tahlil untuk membacakan doa. Mereka biasa mendapatkan "honor" seikhlasnya dari sang peminta bantuan.

Para peziarah ada yang datang sendiri, tapi kebanyakan datang secara rombongan. Mereka membawa serta anggota keluarganya ke makam. Ada beberapa manfaat yang didapatkan dengan membawa serta anggota keluarga, khususnya anak-anak. 

Pertama, ikut mendoakan orang yang telah meninggal. Kedua, ikut memberitahukan silsilah keluarga dan lokasi pemakaman, dan ketiga, mengingatkan bahwa kita pun suatu saat akan meninggal.

Rasulullah Saw bersabda bahwa jika seorang anak Adam meninggal, maka akan putus semua amalnya kecuali tiga perkara, yaitu (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang dimanfaatkan, dan (3) doa anak saleh. (HR Muslim). Ziarah ke makam orang tua yang telah meninggal adalah cerminan seorang anak yang berbakti. Ketika hidup, sang anak bisa bersimpuh memohon maaf, tapi setelah meninggal, hanya doa yang dapat dipanjatkan.

Mungkin ada penyesalan dalam lubuk hatinya karena ketika orang tua masih hidup belum dapat membahagiakan atau kurang berbakti kepada mereka, padahal sukses anak tidak akan lepas dari doa tulus yang dipanjatkan orang tua.  

Doa orang tua dapat membuka pintu langit dan mustajab. Rida Allah ada pada rida kedua orang tua, dan murka Allah ada pada murka kedua orang tua. Penyesalan memang selalu datang di akhir, tapi tidak terlambat untuk berbakti kepada kedua orang tua, dalam bentuk mendo'akannya.

Tradisi menziarahi makam orang tua perlu dilanjutkan ke para anak-cucu. Minimal datang setahun sekali pada saat lebaran. Ziarah kubur pada dasarnya bisa dilakukan kapan saja, tapi paling ramai memang pada saat lebaran. Walau demikian, mendoakan mereka bukan hanya pada saat ziarah saja, tetapi dapat dilakukan setiap saat, utamanya pada waktu-waktu mustajab seperti sebelum ikamat, setelah shalat fardhu, dan sepertiga malam terakhir.

Ziarah kubur adalah hal yang baik dan bernilai ibadah. Oleh karenanya, perlu ada etika yang perlu diperhatikan ketika melakukannya. Antara para peziarah suci dari hadats kecil dan hadats besar, berpakaian yang sopan dan menutup aurat, mengucap salam ketika masuk ke pemakaman, tidak menduduki makan, menghadap kiblat, berdoa dengan khusyu, dan menjaga ketertiban selama acara doa berlangsung.

Ada kalanya etika-etika tersebut kurang diperhatikan oleh peziarah. Datang ke makam tidak memiliki wudhu, berpakaian kurang sopan, ribut, tidak ikut berdoa, tidak menunjukkan suasana reflektif, mengingat bahwa suatu saat dia pun akan meninggal, hanya sibuk main HP dan selfie-selfie di kuburan. Sebenarnya tidak ada larangan mendokumentasikan kegiatan ziarah kubur, tetapi tentu perlu diperhatikan etika ketika melakukannya.

Hal tersebut diakibatkan belum dipahaminya hakikat dari ziarah kubur itu sendiri. Oleh karena itu, perlu ada edukasi ziarah kubur, utamanya bagi anak-anak dan remaja cara melakukan ziarah kubur yang sesuai etika dan sesuai ajaran Islam agar tidak sekedar ikut-ikutan ziarah kubur.

Ziarah kubur ada tata caranya, antara lain; dimulai dari membaca istighfar, membaca dua kalimat syahadat, membaca asma'ul husna, membaca salawat kepada Nabi Muhammad Saw, membaca tahlil, lalu membaca doa sesuai dengan kemampuan masing-masing atau membaca Alquran (biasanya surat Yaasiin).

Mengapa anak-anak, remaja, dan bahkan orang dewasa perlu diberikan edukasi ziarah kubur? Karena kadang dalam pelaksanaannya ada yang kurang sesuai dengan fiqih, adab, dan tata cara ziarah kubur. Bukankah kita berharap do'a kita diterima Allah? Tetapi dalam prakteknya jauh dari adab beribadah kepada-Nya.

Membawa anak-anak berziarah ke pemakaman bukan hanya sekedar ritual atau seremonial yang miskin akan makna, tapi harus ada penanaman atau internalisasi nilai-nilai kebaikan kepada mereka untuk kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, ziarah kubur pun ada muatan edukasinya. Wallaahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun