Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Bingkisan Lebaran untuk Mendiang Ayahku

14 Juni 2018   20:45 Diperbarui: 14 Juni 2018   20:48 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Aku sering membawa ayahku tugas atau main luar kota sejak tahun 2016 hingga Agustus 2017. Bahkan beliau wafat di Bandara Soekarno Hatta Tangerang ketika kami sedang mengantarkan ibu yang mau kembali lagi kerja di sebuah negara kawasan Timur Tengah setelah cuti selama tiga bulan. Ayah wafat sekitar pukul 12.00 ketika ibu mau cek in dan boarding pass. Seharusnya ibu terbang ke sebuah negara di Timur Tengah pukul 14.00 dengan menggunakan sebuah maskapai penerbangan Srilanka, tapi jadwal tersebut dibatalkan. Tidak pedui tiket hangus, karena kami dalam suasana berduka. Ibu kembali ke Bandung bersama jenazah Bapak.

Aku ingat, hari terakhir puasa, ayah ada di rumah. Kalau ada bahannya sambil membuat cangkang ketupat. Keterampilan itu sayangnya tidak menurun ke anak dan cucunya. Kini, cangkang ketupat buatan ayah tinggal kenangan. Kami harus membeli cangkang ketupat ke pasar.

Tahun lalu, kami memberikan sarung dan baju koko untuk dipakai ayah salat Ied. Lebaran tahun ini tidak ada lagi sarung dan baju koko, tapi yang kami siapkan adalah air dan bunga yang dibawa ke makam ayah, dan tentunya doa kami untuk almarhum ayah. Gantinya, lebaran tahun ini, kami akan akan berziarah ke makan ayah. Kebetulan lokasi makamnya tidak jauh dari rumah kami di kampung. Jenazah ayah memang dimakamkan di pemamakan khusus keluarga.

Andai aku bisa, aku ingin mengatakan kepada ayahku, "Ayah, lebaran tahun lalu kita ziarah bareng ke makam kakek dan nenek. Kini kami, ibu, anak, mantu, dan cucumu yang menziarahimu." Usia adalah misteri. Semua orang suatu saat pasti menghadap-Nya. Hanya soal waktu saja. Harus siap kapanpun dan dimanapun malaikat maut menjemput.

"Ayah, izinkan kami besok berziarah ke makammu, izinkan kami memanjatkan doa kepada Sang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan, agar engkau mendapat terbaik di sisi-Nya, izinkan kami menyirami tanah makammu yang kering terkena terik matahari, dan izinkan kami menyimpan setangkai bunga mawar di atas pusaramu. Ayah, semoga engkau saat ini sedang mendapatkan limpahan nikmat dari Sang Maha Pemberi nikmat, Allah Swt. Aamiin yra. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun