Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ngabuburit Kebangsaan bersama Guru Pendidikan Agama Katolik

12 Juni 2018   00:04 Diperbarui: 12 Juni 2018   00:13 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

NGABUBURIT KEBANGSAAN BERSAMA GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

Oleh:

IDRIS APANDI

(Praktisi Pendidikan)

Kamis, 7 Juni 2018, bertempat di sebuah hotel di Lembang Bandung Barat, saya berkesempatan menjadi narasumber kegiatan peningkatan profesionalisme guru mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) yang diselenggrakan oleh Bimas Pendidikan Katolik Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat.

Pada kegiatan tersebut, saya menyampaikan materi Teknik Menulis Karya Tulis Non Penelitian, khususnya teknik menulis artikel. Materi dimulai dari pukul 14.00 sampai dengan 17.30 WIB. Sebelum saya menyampaikan langkah demi langkah menulis artikel, saya membangun dulu motivasi pentingnya, manfaat atau keuntungan menulis bagi seorang penulis, baik dari sisi psikologis, finansal, maupun terhadap peningkatan karir seorang guru. Tujuannya, agar mereka memiliki semangat dan niat untuk menulis.

Suasana di dalam kelas cukup hangat dan  interaktif. Para peserta dengan seksama menyimak penjelasan saya. Mereka pun sesekali ada yang bertanya atau menyampaikan pendapatnya berkaitan dengan teknik menulis artikel yang baik. Bagi mereka, mendapatkan materi tentang teknik menulis artikel sebenarnya bukan hal yang baru, karena saya pun mengisi materi yang sama beberapa tahun yang lalu bersama mereka.

Secara akademik, para peserta belajar kepada saya teknik menulis artikel, tetapi secara substantif, saya pun belajar terhadap para peserta, utamanya berkaitan dengan nilai-nilai toleransi antarpemeluk agama. Sebagai seorang muslim yang berada dalam kelas yang peserta 100% non muslim, ada perasaan emosional tersendiri yang saya rasakan. Saya merasakan kebhinekaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai NKRI.

Ketika waktu asar tiba yang bertepatan dengan waktu break, mereka mengingatkan saya untuk melaksanakan salat asar. Sambil mereka break, saya pun melaksanakan salat asar. Setelah salat asar sesi pelatihan pun dilanjutkan. Saya menyampaikan secara lebih rinci tentang teknik menulis artikel.

Pada saat latihan menulis artikel, saya kembali mendapatkan pelajaran tentang toleransi kebangsaan. Agnes, guru SMK Strada Kota Bekasi menyampaikan bahwa, walau non muslim, dirinya bersama keluarganya suka mudik lebaran ke kampung halaman di sebuah kota di Jawa Tengah. 

Pada saat lebaran, keluarganya pun menggunakan pakaian baru, mencicipi menu khas lebaran, dan mengadakan acara sungkeman, memohon maaf dan meminta nasihat kepada orang tua dan kerabat yang lebih tua. Mereka pun bersilaturahmi kepada tetangganya yang muslim.

Lusiana Dewi, guru SDN Pekayon Jaya 2 Kota Bekasi ikut mempertegas hal tersebut. Dia bersama keluarganya pun suka mudik, melaksanakan tradisi nyadran (ziarah kubur), makan dan berdoa bersama. Pada saat acara doa, doa dipimpin oleh seorang ustaz bagi yang muslim, sedangkan dia bersama keluarganya berdoa menurut keyakinan katolik. 

Katarina, guru SD Maria Fransisca juga menyampaikan bahwa dia bersama keluarganya suka mudik lebaran ke Yogyakarta. Bagi mereka, mudik lebaran bukan hanya tradisi umat Islam, tetapi juga umat katolik. Meski beda keyakinan, tetapi mereka ingin merasakan kemeriahan dan kebahagiaan lebaran bersama sanak saudara di kampung halaman. Bagi mereka, mudik lebaran bukan hanya dimaknai sebagai ritual keagamaan, tetapi sebagai sebuah tradisi kultural.

Lalu, ada hal yang menarik, yaitu ada seorang guru PAK dari Bogor yang bernama Bambang yang menjadi pembina DKM di lingkungannya. Dia dan keluarganya adalah satu-satunya keluarga penganut katolik di kampungnya, tapi mereka hidup rukun dan berdampingan dengan penganut agama Islam. Bahkan dia ikut membantu membangun masjid. 

Walau secara resmi namanya tidak dimasukkan sebagai pengurus DKM, tetapi dia aktif untuk ikut memakmurkan masjid. Dia sendiri dilahirkan dari ayah yang seorang muslim dan ibu yang seorang katolik, walau perkembangannya, ayahnya pun memeluk agama katolik.

Waktu pun tidak terasa cepat berlalu. Jarum jam menunjukkan pukul 17.30 WIB. Itu tanda saya harus berhenti menyampaikan materi. Hanya 16 menit jelang buka puasa yang jauh pada pukul 17.46 WIB. Ketika saya selesai menyampaikan materi, saya pada awalnya hendak pamit dan akan berbuka puasa sambil pulang, tapi saya diminta untuk berbuka puasa bertepatan dengan jadwal mereka makan malam pada pukul 18.00 WIB. Setelah sejenak berpikir, maka saya pun memutuskan untuk menerima tawaran mereka.

Saya pun lalu berbuka puasa bersama mereka. Saya maka lebih dulu makan, sedangkan mereka menunggu kedatangan seorang pejabat yang akan makan malam dan dilanjut mengisi acara. Selesai buka puasa, lalu saya pun pamit. Saya menyampaikan terima kasih, karena sebagai muslim, saya merasa dihormati dan dimuliakan oleh teman-teman yang beragama katolik. Semangat toleransi inilah yang sejatinya menjadi modal penting dalam merajut kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang majemuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun