Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ngabuburit Kebangsaan bersama Guru Pendidikan Agama Katolik

12 Juni 2018   00:04 Diperbarui: 12 Juni 2018   00:13 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lusiana Dewi, guru SDN Pekayon Jaya 2 Kota Bekasi ikut mempertegas hal tersebut. Dia bersama keluarganya pun suka mudik, melaksanakan tradisi nyadran (ziarah kubur), makan dan berdoa bersama. Pada saat acara doa, doa dipimpin oleh seorang ustaz bagi yang muslim, sedangkan dia bersama keluarganya berdoa menurut keyakinan katolik. 

Katarina, guru SD Maria Fransisca juga menyampaikan bahwa dia bersama keluarganya suka mudik lebaran ke Yogyakarta. Bagi mereka, mudik lebaran bukan hanya tradisi umat Islam, tetapi juga umat katolik. Meski beda keyakinan, tetapi mereka ingin merasakan kemeriahan dan kebahagiaan lebaran bersama sanak saudara di kampung halaman. Bagi mereka, mudik lebaran bukan hanya dimaknai sebagai ritual keagamaan, tetapi sebagai sebuah tradisi kultural.

Lalu, ada hal yang menarik, yaitu ada seorang guru PAK dari Bogor yang bernama Bambang yang menjadi pembina DKM di lingkungannya. Dia dan keluarganya adalah satu-satunya keluarga penganut katolik di kampungnya, tapi mereka hidup rukun dan berdampingan dengan penganut agama Islam. Bahkan dia ikut membantu membangun masjid. 

Walau secara resmi namanya tidak dimasukkan sebagai pengurus DKM, tetapi dia aktif untuk ikut memakmurkan masjid. Dia sendiri dilahirkan dari ayah yang seorang muslim dan ibu yang seorang katolik, walau perkembangannya, ayahnya pun memeluk agama katolik.

Waktu pun tidak terasa cepat berlalu. Jarum jam menunjukkan pukul 17.30 WIB. Itu tanda saya harus berhenti menyampaikan materi. Hanya 16 menit jelang buka puasa yang jauh pada pukul 17.46 WIB. Ketika saya selesai menyampaikan materi, saya pada awalnya hendak pamit dan akan berbuka puasa sambil pulang, tapi saya diminta untuk berbuka puasa bertepatan dengan jadwal mereka makan malam pada pukul 18.00 WIB. Setelah sejenak berpikir, maka saya pun memutuskan untuk menerima tawaran mereka.

Saya pun lalu berbuka puasa bersama mereka. Saya maka lebih dulu makan, sedangkan mereka menunggu kedatangan seorang pejabat yang akan makan malam dan dilanjut mengisi acara. Selesai buka puasa, lalu saya pun pamit. Saya menyampaikan terima kasih, karena sebagai muslim, saya merasa dihormati dan dimuliakan oleh teman-teman yang beragama katolik. Semangat toleransi inilah yang sejatinya menjadi modal penting dalam merajut kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang majemuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun