KEBANGKITAN LITERASI INDONESIA
Oleh:
IDRIS APANDI
(Praktisi Pendidikan, Ketua Komunitas Pegiat Literasi Jabar/KPLJ)
Tanggal 20 Mei biasa diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Jika mengacu kepada sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia, peringatan Harkitnas adalah untuk mengenang lahirnya Boedi Oetomo yang didirikan tanggal 20 Mei 1908 oleh Dr. Soetomo dan mahasiswa organisasi STOVIA yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji mendirikan Boedi Oetomo. Lahirya Boedi Oetomo ini digagas oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo.
Lahirnya Boedi Oetomo merupakan momentum untuk menyatukan semangat dan tekad para pejuang kemerdekaan, serta bangkit merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda. Â Dan tahun 2018, tepat 110 tahun Boedi Oetomo pernah ada dan mewarnai perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Peringatan Harkitnas selain bertujuan untuk mengenang peristiwa penting lahirnya organisasi pergerakan kemerdekaan Indonesia, juga untuk menumbuhkan sikap cinta tanah air dan patriotisme di kalangan bangsa Indonesia, utamanya kalangan generasi muda. Semangat kebangkitan bangsa harus terus dikobarkan setiap jiwa warga bangsa dan diimplementasikan dalam bentuk pembangunan pada berbagai bidang.
Salah satu tujuan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah untuk mencerdaskan bangsa. Secara operasional, upaya mencerdaskan bangsa dilakukan melalui dunia pendidikan.Â
Salah satu elemen penting dunia pendidikan adalah budaya literasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) literasi berarti; kemampuan menulis dan membaca, pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu, kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup.
Oleh karena itu, literasi bukan hanya identik dengan kemampuan membaca dan menulis saja, tetapi memiliki makna yang lebih luas dan dapat dikaitkan dengan berbagai bidang seperti teknologi, informasi, komunikasi, finansial, agama, seni, budaya, hukum, sosial, kewarganegaraan, dan sebagainya.
Pada kenyataannya, kondisi budaya literasi Indonesia masih rendah. Hasil studi UNESCO tahun 2012 menyampaikan bahwa minat baca orang Indonesia hanya 0,001 yang artinya dari seribu orang. Selain itu, berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Indonesia persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61).