Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebangkitan Literasi Indonesia

21 Mei 2018   06:21 Diperbarui: 21 Mei 2018   08:23 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kantor perpustakaan nasional mencatat 90 persen penduduk usia di atas 10 tahun gemar menonton televisi, tapi tidak suka membaca buku. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan UNDP, menunjukan indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia pada 2014, menempati urutan 108 dari 187 negara di dunia. IPM Indonesia lebih tinggi dibandingkan Myanmar, Laos, Kamboja, Vietnam dan Filipina. Tapi IPM Indonesia kalah jauh bila dibandingkan Singapura yang menempati posisi 9, dan Brunei Darussalam, Malaysia dan Thailand. (Metro TV News, 28/10/2015).

Roger Farr mengatakan bahwa membaca adalah jantungnya pendidikan, tanpa membaca, pendidikan akan mati. Penelitian Baldrige (1987) menyatakan bahwa manusia modern dituntut untuk membaca tidak kurang dari 840.000 kata per minggu. Berdasarkan kepada hal tersebut, jika sebuah bangsa ingin jadi bangsa yang modern harus membudayakan membaca.

Menyadari bahwa minat baca di Indonesia masih rendah, maka sejak tahun 2015 Kemdikbud menggalakkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai bagian dari penumbuhan budi pekerti. Salah satu kegiatannya adalah membaca buku nonteks selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Kegiatan lainnya antara lain; penyediaan pojok baca, majalah dinding (mading), optimalisasi perpustakaan, dan sebagainya.

Gerakan literasi sudah mulai menggeliat. Pendidik dan tenaga kependidikan ada yang menjadi relawan GLS, menyelenggarakan berbagai kegiatan literasi, festival, lomba, mengikuti pelatihan menulis, hingga mempelopori menulis buku. Pemerintah daerah pun memberikan pelatihan literasi dan memberikan penghargaan bagi yang pendidik, tenaga kependidikan, dan siswa yang concern terhadap GLS.

Warga masyarakat ada yang sudah mulai bangkit dari malas membaca menjadi rajin membaca. Bangkit dari yang awalnya kurang peduli terhadap dunia literasi menjadi lebih peduli dengan turut mengampanyekan pentingnya gerakan literasi, mendonasikan buku, mendirikan TBM, menggelar buku-buku bacaan di acara car free day, menyediakan buku di tempat-tempat umum dan kendaraan umum, bahkan membawa buku-buku tersebut keliling kampung untuk dibaca oleh masyarakat.

Ayo jadikan peringatan Hardiknas menjadi momentum kebangkitan literasi Indonesia untuk melahirkan generasi bangsa yang cerdas, literat, kompetitif, dan produktif. Wallaahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun