RAMADAN, BUKU, DAN MINAT BACA
Oleh:
IDRIS APANDI
(Widyaiswara, Penulis, dan Pegiat Literasi)
Tanggal 1 Ramadan 1439 H bertepatan dengan peringatan Hari Buku Nasional 17 Mei 2018. Hari Buku Nasional dilaksanakan sejak 2002 saat Mendikbud RI dijabat Abdul Malik Fadjar. Tujuannya untuk mengenang pendirian perpustakaan nasional 17 Mei 1980. Kedua peristiwa menurut saya merupakan hal yang istimewa.
Mengapa demikian? Karena di satu sisi Ramadan adalah bulan yang istimewa diantara 12 bulan yang ada dalam kalender Islam. Ramadan adalah bulan yang mulia, bulan yang penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Diantara malam-malam Ramadan, ada malam lailatukadar, yaitu malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Sedangkan peringatan Hari Buku Nasional merupakan hari yang istimewa khususnya bagi para pecinta buku dan pegiat literasi.
Salah satu kegiatan yang dianjurkan pada bulan Ramadan adalah membaca (tadarus) Alquran. Selain untuk mengisi waktu dengan kegiatan yang bermanfaat, juga mendapatan pahala dari Allah Swt. Pada bulan Ramadan pula Alquran diturunkan dan diperingati pada malam nuzulul quran tanggal 17 Ramadan.
Adapun wahyu pertama yang kali diturunkan Allah melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. adalah surat Al Alaq ayat 1-5 di Gua Hira dimana ayat pertamanya adalah Iqra! yang artinya bacalah!. Intinya, umat Islam diperintahkan banyak membaca kalau ingin menjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas. Dan hal itu akan menjadi modal yang sangat penting dalam membangun bangsa dan negara agar maju dan sejahtera.
Pada bulan Ramadan, intensitas umat Islam dalam membaca Alquran mengalami peningkatan, bahkan ada yang target bisa khatam minima satu kali dalam satu bulan. Selain membaca Alquran, disarankan juga membaca buku-buku untuk menambah ilmu pengetahuan, karena pada dasarnya baik Alquran maupun buku adalah bahan bacaan yang bermanfaat. Biasanya buku yang banyak dibaca pada bulan Ramadan adalah buku-buku agama dalam rangka memperdalam ilmu agama dan dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.
Buku adalah jendela ilmu pengetahuan, simbol peradaban manusia, membebaskan manusia dari kebodohan, dan membentuk manusia yang berkarakter mulia. Orang yang senang membaca buku tentunya adalah orang yang haus akan ilmu pengetahuan dan berjiwa pembelajar.
Orang yang mencintai buku pastinya akan memuliakan buku. Cara memuliakan buku tentunya dengan membacanya, bukan hanya sekedar membeli dan mengoleksinya. Ada kalanya buku yang telah lama dibeli belum sempat dibaca karena berbagai alasan. Bahkan plastik segelnya pun masih belum dibuka. Hal tersebut tentunya sangat disayangkan, sebuah buku akan memberikan manfaat manakala sudah dibaca. Dengan kata lain, sebagus apapun isi buku, tidak akan berguna selama  belum dibaca.
Membaca buku apalagi pada bulan Ramadan tantangannya besar sekali, karena terkait kondisi fisik yang sedang berpuasa. Badan lesu, malas, dan mata cepat ngantuk. Jangankan pada bulan Ramadan, pada bulan selain Ramadan pun orang banyak yang malas membaca, sehingga tidak heran kalau hasil studi UNESCO tahun 2012 menyampaikan bahwa minat baca orang Indonesia hanya 0,001 yang artinya dari seribu orang.Â
Selain itu, berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Indonesia persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61).
Berbagai upaya untuk meningkatkan minat baca telah dilakukan oleh pemerintah. Pada tahun 2015 seriring dengan Program Penumbuhan Budi Pekerti diselenggarakan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dimana di sekolah dilaksanakan pembiasaan membaca buku non teks selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai.
Selain itu, sekolah didorong untuk menyediakan fasilitas atau kegiatan yang mendukung penumbuhan minat baca seperti adanya sudut baca, mading, perpustakaan, dan sebagainya. Guru-guru di sekolah pun ada yang menjadi pegiat atau relawan GLS, walau dalam perjalanannya ada yang berusaha untuk konsisten dan ada pula yang terseok-seok karena berbagai penyebab seperti kesibukan mengajar dan kurangnya dukungan dari kepala sekolah dan rekan sejawat.
Bagi orang yang memang senang membaca, kendala terbatasnya buku tidak menjadi alasan, karena dia bisa membaca dari mana saja, misalnya dari internet yang diakses dari gawainya masing-masing. Ada banyak informasi yang bermanfaat (walau harus pandai memilah dan memilh informasi agar tidak menjadi korban HOAX), membaca buku-buku dalam format digital (e-book), dan sebagainya.
Bulan Ramadan bisa menjadi bulan pencerahan dan bulan transformasi manakala disikapi dengan positif, dimana salah satunya adalah meningkatkan kebiasaan membaca, baik membaca Alquran, buku, atau sumber bacaan lainnya. Wallaahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H