Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Tribute to" Maman Supratman, Dedikasi Seorang Guru Honorer

20 Februari 2018   16:46 Diperbarui: 20 Februari 2018   17:05 1743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TRIBUTE TO MAMAN SUPRATMAN

DEDIKASI  SEORANG GURU HONORER

Oleh:

IDRIS APANDI

(Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan/LPMP Jawa Barat)

Maman Supratman, seorang guru honorer di SMPN 17 Bekasi mendadak terkenal setelah profilnya diunggah di media sosial oleh salah seorang guru SMPN 17 Kota Bekasi Sukamto, M.Pd. Sosok Pak Maman menjadi pusat perhatian karena di tengah usianya yang sudah 74 tahun tetap semangat mengabdikan dirinya mendidik walau statusnya sebagai guru honorer selama 40 tahun dengan honor yang tidak seberapa. Pak Maman pernah mengajukan pemberkasan menjadi PNS, tetapi karena usianya sudah 40 tahun, usulan tersebut gagal karena usia minimal untuk bisa diterima menjadi PNS adalah 37 tahun.

Pengabdian dan dedikasi Pak Maman menjadi inspirasi bagi kalangan pendidik dan layak mendapatkan apresiasi yang setinggi-tingginya. Di usia 74 tahun, pada umumnya seorang pegawai sudah pensiun, beristirahat, dan menikmati masa tua, tetapi berbeda bagi Pak Maman. Di usia tersebut, Beliau masih aktif berkarya mencerdaskan anak bangsa.

Pak Maman adalah guru yang serba bisa. Di SMPN 17 Bekasi, sekolahnya tempatnya mengajar, Beliau mengajar mata pelajaran kesenian khususnya seni musik angklung. Selain itu, Beliau juga mengajar seni rupa dan elektro pada mata pelajaran fisika.

Kemampuannya bermusik didapatnya secara otodidak. Setelah keluar sebagai karyawan di pabrik kertas pada tahun 1970, dia pergi ke daerah Jatiluhur, Jawa Barat. Beliau melihat banyak bambu hitam di daerah itu dan berinisiatif membuat alat musik angklung.

Pak Maman pernah sempat menolak saat ditawari menjadi guru. Saat itu, dia hanya seorang penjual alat musik angklung buatan sendiri. Pekerjaan tersebut dia lakukan setelah berhenti bekerja di perusahaan kertas pada 1970. Ia mengisahkan, pada 1976, dirinya diminta menyediakan alat musik angklung oleh SMP Negeri 6 Bekasi, yang saat itu bernama SMP 1 Pondok Gede. 

Dikarenakan di sekolah itu tidak ada guru kesenian, Maman ditawari untuk menjadi guru di sana. Pada awalnya Pak Maman menolak, tetapi setelah dibujuk dan diyakinkan oleh Kepala Sekolah, Pak Maman akhirnya menyetujui ajakan untuk menjadi guru mata pelajaran seni musik dan seni rupa.

Kemampuannya di bidang fisika diperolehnya saat menempuh kuliah B1 IPA setara diploma satu pada tahun 1960 di Institut Teknologi Bandung (ITB). Pak Maman mengisahkan, saat dia pertama kali mengajar di sekolah ini tidak ada teknisi gedung. Ketika upacara bendera di sekolah pada hari Senin, Pak Maman juga menjadi pengiring lagu Indonesia Raya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menyampaikan apresiasi kepada Maman. Menurut dia, Maman dapat dijadikan teladan bagi para peserta didik. "Apa yang dikerjakan Pak Maman ini dihargai berapa pun tidak ternilai karena kemuliaan itu tidak bisa dirupiahkan," katanya saat berkunjung ke SMPN 17 Kota Bekasi, Jawa Barat, tanggal 2 Desember 2014.

Sudah banyak anak didik Pak Maman yang sudah berhasil, bahkan Kepala SMPN 17 Kota Bekasi, Untung Hartono adalah anak didik Pak Maman. Sosok Pak Maman tentunya tidak akan dilupakan oleh orang-orang yang pernah menjadi anak didiknya. Bahkan sosoknya menjadi teladan dan inspirasi bagi mereka.

Hal yang dilakukan oleh Pak Maman adalah sebagai bukti rasa cintanya yang mendalam terhadap dunia pendidikan. Baginya, menjadi guru adalah panggilan jiwa, sebuah jihad mencerdaskan anak bangsa, sebuah ibadah kepada Sang Pencipta dengan cara menebar kebaikan kepada sesama manusia, dan bukti nasionalisme terhadap bangsa dan negara. "Jangan bertanya apa yang negara berikan kepadamu, tapi apa yang bisa kamu berikan kepada negara.".Ucapan John F. Kennedy, mantan Presiden Amerika Serikat tersebut dihayati dan diamalkan oleh Pak Maman.

Dalam konteks agama, Pak Maman telah mengamalkan salah satu ajaran agama Islam yaitu "sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain." Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan umur panjang kepada Beliau. Aamiin yaa rabbal 'aalamiin.

 

Catatan:

Tulisan ini dikutip dari buku Guru Kalbu (2014 : 71-74), penulis Idris Apandi. Beliau telah dipanggil ke hadapan-Nya pada tanggal 19 Februari 2018. Selamat jalan Pak Maman, sang Pahlawan Pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun