Kepala sekolah adalah lokomotif perubahan di sekolah yang dipimpinnya. Dia harus memiliki visi dan karakter kepemimpinan yang kuat. Kepala sekolah adalah orang terpilih yang telah melalui beberapa tahap seleksi mulai dari seleksi administratif, seleksi akademik, sampai lulus diklat calon kepala sekolah selama 300 JP.
Kepala sekolah ibarat nakhoda kapal. Dia bertanggung jawab untuk membawa kapal mengarungi samudera yang penuh gelombang. Dia harus pandai mengendalikan kapal agar tidak karam diterjang gelombang. Dia memiliki tanggung jawab terhadap keselamatan penumpang pada kapalnya. Kapal adalah sekolah yang dipimpinnya, dan penumpang adalah guru, tenaga kependidikan, dan siswa yang ada di sekolah.
Seorang pemimpin biasanya memiliki gaya dan kepemimpinan masing-masing. Ada kepala sekolah yang senang berkebun dan bercocok tanam akan memprioritaskan penghijauan di sekolah. Yang senang dengan olah raga, akan memprioritaskan pengadaan sarana olah raga. Yang senang dengan kesenian, akan memprioritaskan pengadaan alat-alat kesenian, yang senang dengan TIK, akan memprioritaskan pengadaan sarana TIK, dan sebagainya.
Kepala sekolah harus mampu mengubah kondisi yang kurang kondusif menjadi lebih kondusif, dan yang kondusif menjadi semakin kondusif. Keberadaannya harus dirasakan manfaatnya oleh semua warga sekolah. Jangan sampai ada atau tidak ada, tidak berdampak terhadap lingkungan sekolah. Bahkan tidak tertutup kemungkinan, karena kepemimpinannya dianggap gagal oleh warga sekolah, sang kepala sekolah kurang disenangi dan diharapkan segera pindah.
Kepala sekolah yang transformatif memiliki karakter yang demokratis, aspiratif, membangun budaya partisipatif terhadap semua warga sekolah. Sebagai pemimpin, dia tidak menolak saran atau kritik dari bawahan, karena mungkin saja saran atau kritik itu untuk perbaikan atau peningkatan mutu sekolah. Kepala sekolah mau membuka ruang dialog jika terjadi perbedaan pendapat atau kebuntuan dalam mencari solusi.
Kepala sekolah membangun kerjasama antar warga sekolah dalam mencapai visi dan misi sekolah, karena dia sadar tidak akan dapat melakukannya seorang diri, tetapi perlu dukungan dari para pihak terkait. Visi dan misi disusun oleh bersama, dipahami, dan dilaksanakan. Bukan hanya sebatas menjadi hiasan dinding atau menjadi dokumen "mati", dimana warga sekolah pun merasa asing atau tidak tahu dengan visi dan misi sekolah.
Kepala sekolah yang transformatif tentunya akan menjadi inspirasi bagi seluruh pendidik, tenaga kependidikan, dan para siswanya. Namanya akan dikenang dalam kenangan mereka. Di kalangan rekan sejawat pun, dia menjadi sosok yang dapat menjadi contoh teladan sebagai seorang pemimpin.
Kepala sekolah yang transformatif mampu memotivasi dan memompa semangat guru dan tenaga kependidikan di sekolah. Keteladanan yang dimunculkannya mampu menjadi senjata ampuh untuk mempengaruhi dan menggerakkan para guru dan tenaga kependidikan untuk mendukung setiap program sekolah.
Kepala sekolah transformatif mencerminkan dirinya sebagai pembelajar. Mau belajar hal-hal yang baru, terbuka terhadap perubahan, mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan informasi yang berjalan sangat cepat. Selain itu, dia pun memberikan kesempatan bagi para guru staf untuk mengembangkan kompetensinya.
Alangkah indahnya jika setiap sekolah memiliki kepala sekolah yang transfomatif. Sosok agen perubahan. Sosok yang mampu menghadirkan kemajuan bagi sekolah yang dipimpinnya. Bukan hanya sekedar menjalankan tugas. Seorang kepala sekolah mampu melahirkan inovasi-inovasi baru.
Untuk mewujudkan sosok pemimpin seperti yang digambar di atas, tentunya bukan hal yang mudah. Dibutuhkan kompetensi, dan ketangguhan dari sosok kepala sekolah. Dalam menjalankan tugasnya, seorang kepala sekolah tentunya dihadapkan pada berbagai tantangan baik dari dalam maupun dari luar.
Tantangan dari dalam berkaitan dengan pola pikir (mind set) dirinya sendiri, apakah akan menjadi seorang pemimpin yang memimpin sekolah secara total atau tidak? Sedangkan tantangan dari luar antara lain pola pikir guru, tenaga kependidikan, komite sekolah, dan masyarakat yang belum sepenuhnya mendukung program-program sekolah, serta belum optimalnya dukungan dari pemerintah.
Dibalik semua tantangan di atas, kepala sekolah yang transformatif memiliki semangat juangan yang tinggi untuk mengubah untuk memperbaiki keadaan. Menjadikan sekolah yang dipimpinnya unggul dan berprestasi. Dia mengukir sejarah dan meninggalkan kesan yang positif ketika suatu saat tidak menjabat lagi kepala sekolah.
Oleh:Â IDRIS APANDIÂ (Widyaiswara LPMP Jawa Barat, Master Trainer Diklat Calon Kepala Sekolah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H