Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membelajarkan Pancasila dengan Sukacita

20 Juli 2017   11:49 Diperbarui: 20 Juli 2017   11:51 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pancasila menjadi asing di tengah warga bangsanya sendiri. Bahkan bisa dikatakan bisa dikatakan hampir dilupakan. Pancasila hanya menjadi hiasan dinding. Jangankan memahami dan mengamalkannya, uraian sila-sila Pancasila saja sudah banyak yang lupa. Parahnya lagi, Pancasila jadi bahan olok-olok, dan ironisnya lagi, orang yang mengolok-olok Pancasila justru diangkat jadi duta Pancasila.

Pada kurikulum 2013, nama PKn kembali diubah menjadi PPKn. Tujuannya untuk menghadirkan dan mengingatkan kembali bangsa Indonesia bahwa Indonesia memiliki ideologi yang khas, satu-satunya di dunia, yaitu Pancasila. Melalui program penumbuhan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), sila-sila Pancasila perlu diintegrasikan dalam lima nilai yang saat ini dikembangkan, yaitu; (1) religius, (2) nasionalis, (3) integritas, (4) mandiri, dan (5) gotong royong.

Dalam konteks pembelajaran, selama ini pendidikan Pancasila diposisikan sebagai hal yang sakral dan keramat. Pembelajarannya diisi dengan doktrin, nasihat, dan petuah untuk membentuk manusia Indonesia yang Pancasilais. Oleh karena itu, tidak heran jika pembelajarannya membosankan, menjemukan, dan kurang menarik. Dalam sebuah penelitian, saya pernah bertanya kepada seorang siswa, mata pelajaran yang paling tidak disukai? Dia menjawab PPKn, alasannya karena dsamping karena cara guru mengajarnya membosankan, dia pun terbebani karena harus menghapal pasal-pasal UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya.

Berdasarkan kepada hal tersebut, maka paradigma pembelajaran PPKn perlu diubah dari membosankan menjadi menyenangkan. Untuk mewujudkan hal tersebut, tentunya diperlukan guru yang kreatif dan inovatif. Pembelajaran Pancasila yang menyenangkan dapat dilakukan melalui berbagai strategi atau metode. Misalnya melalui nyanyian, pantun, dongeng, bermain peran, menggambar, komik, kunjungan ke lingkungan masyarakat, dan sebagainya.

Secara akademik, pembelajaran Pancasila dibebankan kepada guru PPKn, tetapi secara substantif, semua guru memiliki tanggung jawab untuk membelajarkan Pancasila kepada semua siswanya sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya, karena Pancasila adalah ideologi bangsa yang harus dibina dan dilestarikan oleh semua warga bangsa. Mari belajarkan Pancasila penuh suka cita agar Pancasila dalam membumi dan terinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun