Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jadikan Bukumu Sebagai Kartu Namamu

6 Juli 2017   16:39 Diperbarui: 6 Juli 2017   16:51 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JADIKAN BUKUMU SEBAGAI KARTU NAMAMU

Oleh:

IDRIS APANDI

(Ketua Komunitas Pegiat Literasi Jabar/KPLJ)

Suatu hari saya berbincang-bincang dengan seorang teman. Lama tidak bertemu membua kami begitu semangat berbincang-bincang hingga dari mulutnya keluar sebuah pesan yang bunyinya, "jadikan buku-bukumu sebagai kartu namamu." Teman saya tesebut memang tahu bahwa aktivitas saya selain menjadi pemateri pelatihan atau seminar, juga menulis artikel dan buku.

Mendengar pesan tersebut, saya tertegun dan merenung. Ada benarnya juga pesan teman saya tersebut. Dalam konteks profesi, bisnis, hubungan kerja, atau mencari relasi, kartu nama memang menjadi salah satu atribut yang tidak dapat dipisahkan. Kartu nama digunakan sebagai alat untuk memperkenalkan diri dan menambah relasi bisnis. Data yang tercantum pada kartu pada umumnya nama, nomor HP/Telepon, jabatan atau pekerjaan, dan nama perusahaan atau instansi tempat bekerja. Kartu nama biasanya digunakan untuk mengubungi jika suatu saat ada keperluan.

Sekian tahun silam, kartu nama adalah sarana untuk meningkatkan kepercayaan dan citra diri, karena yang memiliki kartu nama identik dengan sosok yang profesional, bergaya eksekutif, tertib administrasi, dan elegan. Daripada bicara panjang lebar, lebih baik serahkan saja kartu nama kepada para relasi.

Jika dikaitkan antara buku dengan kartu nama, jelas itu adalah dua barang yang berbeda, tapi ada kesamaannya, yaitu pada buku dan kartu nama tercantum nama pemilik atau penulisnya, bisa jadi sarana perkenalan, bahkan sarana promosi. Walau demikian, prestisenya tentu berbeda. Setiap orang bisa membuat kartu nama, tetapi belum tentu setiap orang bisa menulis buku.

Maksud teman saya di atas mungkin, dalam pergaulan di dunia profesi dan dunia akademik, buku sebagai sebuah karya ilmiah penulisnya jauh berbobot dan berkualitas dibandingkan dengan hanya sebuah kartu nama. Profesionalisme, kompetensi, dan kredibilitas seorang penulis akan terlihat dari karya tulisnya.

Buku disamping menjadi sarana menyebarkan ilmu pengetahuan, gagasan, dan pengalaman, juga akan menjadi kebanggaan bahkan identitas bagi penulisnya. Tulisan yang berkualitas dan banyak dibaca tentunya akan menempatkan sang penulis pada level yang tinggi alias akan banyak dikenal. Hal ini tentunya akan berdampak positif terhadap dirinya.

Tidak dapat dipungkiri, sebuah buku dapat membuat seseorang terkenal. Salah satu contoh, Andrea Hirata mendadak terkenal karena novel Laskar Pelangi best seller di pasaran. Ketika dia diundang atau bertemu dengan pihak lain, tidak menyerahkan kartu nama pun, dia sudah dikenal, karena dia telah memiliki "kartu nama" dalam bentuk buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun