Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pancasilaku Sayang, Pancasilaku Malang

1 Juni 2017   07:26 Diperbarui: 1 Juni 2017   07:53 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berdasarkan kepada hal tersebut di atas, penulis berpendapat bahwa nilai-nilai Pancasila perlu direvitalisasi. Pendidikan Pancasila harus diberikan secara khusus di sekolah tetapi porsinya perlu lebih banyak praktek dibandingkan dengan teori karena pengetahuan Pancasila yang baik tidak akan banyak berguna tanpa pengamalan di lapangan.

Pendidikan Pancasila perlu diintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran. Jika ditelaah, pendidikan Pancasila relevan dengan setiap mata pelajaran. Selain itu, nilai-nilai Pancasila juga diintegrasikan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler, pembiasaan, dan program-program lainnya seperti program pendidikan karakter yang saat ini digalakkan oleh pemerintah (Kementerian Pendidikan Nasional). Selain itu, P-4 juga perlu dihidupkan kembali tetapi bukan menjadi ajang indoktrinasi dan propaganda. P-4 menjadi sarana untuk menyosialisasikan dan menyadarkan kepada warga negara tentang pentingnya memahami dan melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta hidup di tengah derasnya globalisasi dan modernisasi dengan berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

Revitalisasi Pancasila memang bukan satu-satunya obar mujarab dalam “mengobati” penyakit sosial bangsa ini. Peran pendidikan agama juga diperlukan sebagai fondasi keimanan dan moral individu. Pendidikan agama dimulai dari keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil. Setelah itu dilakukan di sekolah dan di masyarakat. Pendidikan Pancasila jika kita kaji sejalan dengan nilai-nilai agama, tidak saling bertentangan.

Ada sekelompok orang yang menginginkan agar Indonesia berdasarkan atas Syarat Islam dan menilai Pancasila adalah ideologi yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Pandangan itu tampaknya perlu diluruskan. Meskipun Pancasila tidak bisa disejajarkan dengan ajaran agama tetapi substansinya adalah pengamalan nilai-nilai agama. Agama Islam adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada manusia melalui Nabi dan Rasul-Nya, sedangkan Pancasila adalah hasil pemikiran para pendiri bangsa khususna Soekarno sebagai nilai-nilai yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. Dalam konteks sebagai hamba Allah, kita harus meyakini terhadap kebenaran ajaran Islam karena agama yang paling baik di mata Allah adalah agama Islam, tetapi dalam konteks sebagai warga negara Indonesia, kita pun harus meyakini bahwa Pancasila adalah nilai-nilai luhur yang menjiwai kehidupan berbangsa dan bernegara, sumber pemersatu bangsa, serta menjadi landasaan idiil pembangunan nasional.

Menghidupkan kembali Pendidikan Pancasila dan P-4 jangan dinilai sebagai upaya untuk membangkitkan kembali paradigma Orde Baru karena menurut penulis Pancasila tidak bisa dikait-kaitkan dengan rezim atau orde tertentu. Pancasila adalah dasar, ideologi, dan falsafah bangsa yang sudah sepakati oleh para pendiri bangsa ini dan dinilai sebagai ideologi terbaik bagi bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila dan relevan dilakukan pada setiap rezim. Pancasila merupakan “ideologi tengah” yang berada diantara ideologi liberal yang sekuler dan sosialis-komunis yang atheis (anti Tuhan). Pemerintah perlu melakukan kampanye secara masif tentang pentingnya Pancasila bagi bangsa Indonesia melalui berbagai media.

Berkaitan dengan kondisi bangsa saat ini, ada pertanyaan yang menggelitik. Mengapa negara kita yang berdasarkan Pancasila tetapi kondisinya kokseperti ini? bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila sementara negara lain yang tidak berideologi Pancasila kokmaju? Penulis pernah membaca tulisan KH Salahuddin Wahid di sebuah koran nasional. Di tulisan itu, Beliau mencontohkan India dan Cina yang tidak berideologi Pancasila justru “melaksanakan” Pancasila. Lebih lanjut Beliau mengatakan bahwa secara substantif, India dan Cina menjalankan sila-sila Pancasila. Kecuali Cina yang tidak menjalankan sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa karena meraka negara atheis. Sementara di Indonesia, Pancasila secara instrumental Pancasila dijadikan sebagai ideologi tetapi secara operasional dan substanstif Pancasila tidak dilaksanakan. Buktinya, banyak sekali hal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

Perbedaan antara Indonesia dengan Cina dalam pengalaman Pancasila secara substantif, jika Indonesia hanya melaksanakan sila pertama saja, sementara sila kedua sampai dengan kelima tidak dilaksanakan secara konsekuen. Sedangkan Cina terbalik, tidak melaksanakan sila pertama tetapi melaksanakan sila kedua sampai dengan kelima.

Kegiatan kegamaan secara ritual di Indonesia begitu hingar bingar. Kegiatan dzikir dan do’a bersama diselenggarakan di berbagai tempat tetapi berbagai penyakit sosial juga bertambah banyak, korupsi semakin menjadi-jadi, dan pelanggaran hukum dan etika menjadi hal lumrah terjadi. Hal ini menandakan menandakan bahwa kegiatan agama hanya bersifat ritual-formalitas tetapi belum menyentuh kepada hati (qolbu) dan implementasinya dalam kehidupan sehari.

Seharusnya kegiatan kegamaan (sila pertama) mampu membentuk manusia Indonesia adil dan beradab (sila kedua), menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa (sila ketiga), mengutamakan musyawarah mufakat dalam pengambilan keputusan (sila keempat), dan suka membantu orang lain (sila kelima) tetapi sila pertama tersebut belum bisa menjiwai pelaksanaan sila kedua sampai dengan kelima. Hal tersebut perlu diperbaiki oleh segenap komponen bangsa agar pelaksanaan sila-sila Pancasila berjalan sejalan, seiring, dan saling menjiwai.

Semoga revitalisasi Pendidikan Pancasila bisa menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Semoga Pancasila tidak dilupakan oleh anak-anak bangsa. Semoga Pancasila bukan hanya menjadi hiasan-hiasan dinding dimana nilai filosofis dan ideologisnya sudah  tidak dihayati lagi. Tetapi semoga pancasila tetap eksis sepanjang Negara Kesatuan Republik Indonesia ini berdiri. Semoga !!!

Penulis, Mahasiswa Program Doktor Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun