Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Misi Sosial Manusia dalam Perspektif Falsafah Sunda

5 Mei 2017   06:51 Diperbarui: 5 Mei 2017   08:47 1227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Falsafah Nulung Kanu Butuh, Nalang Kanu Susah, Nyaangan Kanu Kapoekan, Ngajait Kanu Titeuleum, Nganter Kanu Sieun harus diperkenalkan dan ditanamkan kepada generasi Sunda sejak dini agar mereka memiliki bekal ketika menjalani kehidupan. Dapat hidup bermasyarakat dengan orang lain, tidak egois, dan individualistis. Nurani mereka terasah, kepedulian mereka terbangun, menyadari bahwa hidup manusia tidak dapat melakukan segala sesuatnya sendiri, tetapi memerlukan bantuan orang lain, dan dia pun wajib membantu orang lain.

Dalam menolong pun tidak memilah-milah berdasarkan suku, ras, kelompok, dan agama. Siapapun yang memerlukan bantuan wajib ditolong. Bahkan hewan sekalipun yang memerlukan pertolongan, wajib ditolong, karena solidaritas dan kepedulian adalah sebuah nilai yang universal, berlaku untuk semua kalangan. Walau demikian, hendaklah bantuan atau pertolongan tersebut diberikan kepada orang yang paling dekat agar jauh lebih bermanfaat. Dan ajaran agama Islam pun memerintahkan demikian. Yaitu, membantu dimulai dari kerabat, anak yatim, dan anak yatim.

Nilai-nilai kearifan lokal, seperti falsafah Sunda mampu memperkuat niai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara. Sebagaimana yang diamanatkan oleh para pendiri bangsa bahwa Pancasila merupakan pedoman hidup, dasar negara, dan perekat kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam konteks kesejahteraan, bantuan yang diberikan kepada orang lain, adalah bentuk pemerataan kesejahteraan, jangan sampai kesejahteraan hanya dimonopoli pihak tertentu saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun