Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hakikat Pendidikan dalam Filosofi Sunda

3 Mei 2017   06:17 Diperbarui: 3 Mei 2017   07:43 1526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konteks pendidikan lingkungan hidup, ada pepatah “Gunung Kaian, Gawir Awian, Cinyusu Rumateun, Sempalan Kebonan, Pasir Talunan, Datar Sawahan, Lebak Caian, Legok Balongan, Situ Pulasareun, Lembur Uruseun, Walungan Rawateun, & Basisir Jagaeun”. Terjadinya kerusakan lingkungan dan bencana selain faktor karena alam, juga disebabkan oleh tangan-tangan jahat manusia yang mengeksploitasi lingkungan dengan serakah. Mereka hanya memikirkan keutungan bagi dirinya sendiri, sehingga berakibat fatal terhadap keseimbangan ekosistem dan habitat makhluk hidup.

Hewan-hewan di hutan banyak lari ke perkampungan karena tempatnya banyak dijarah oleh manusia. Belum lagi mereka diburu untuk dijual, sehingga banyak hewan yang seharusnya dilindungi tetapi justru terus diburu.Selanjutnya ada pribahasa “Leuweung rusak, cai beak, manusa balangsak.”Hal tersebut sebagai pengingat bahwa manusia harus mencintai lingkungan, karena kalau hutan rusak, air akan habis, dan manusia yang sengsara.

Berikutnya, ulah mipit teu amit ngala teu bebeja. Artinya, jangan mengambil sesuatu yang bukan hak kita, atau jangan suka mengambil milik orang lain. Kalau ada perlu, harus meminta izin kepada sang empunya. Indung tunggul rahayu, bapak tangkal darajat,artinya harus berbakti kepada kedua orang tua, karena mereka lah yang sangat berjasa melahirkan dan mengurus anak dengan segala susah payah. Berbakti kepada kedua orang tau merupakan cerminan anak yang saleh dan salehah.

Munjung ka indung, muja ka bapa,artinya anak harus meminta doa restu orang tua dalam melakukan segala aktivitasnya, karena doa orang tua adalah keramat dan diijabah oleh Allah Swt. Ridha Allah dalam ridha orang tua dan murka Allah ada para murka orang tua. Itulah sekelumit nilai atau filosofi sunda dalam pendidikan. Tentunya masih banyak yang belum digali atau dibahas lebih jauh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun