Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Potret Pelaksanaan Diklat Kurikulum 2013 di Daerah Terpencil

1 Mei 2017   22:09 Diperbarui: 1 Mei 2017   22:48 2266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum lagi keterbatasan dalam mengakses teknologi jika dikaitkan dengan tuntutan pembelajaran abad 21 yang harus memperkenalkan siswa pada teknologi sebagai persiapan menghadapi globalisasi dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), dan lebih jauh lagi menyiapkan generasi emas 2045. 

Di daerah terpencil, jangankan teknologi, sinyal HP dan internet saja susah. Harus berburu sinyal. Selain meningkatkan kualitas guru, pembangunan pendidikan memang perlu disertai dengan pembangunan infrastrukturnya agar dapat mendukung para guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Kurikulum 2013 membawa harapan besar dalam mengubah pola pikir (mind set) guru dalam melaksanakan pembelajaran, karena sehebat apapun kurikulumnya, kuncinya ada pada guru. Berkaitan dengan hal tersebut, dengan tidak bermaksud under estimateterhadap kualitas guru di daerah terpencil yang notabene didominasi oleh tenaga honorer atau sukwan, mereka harus dapat mengejar ketertinggalan atau minimal mendekati kualitas guru-guru yang berada di wilayah perkotaan yang memang didukung teknologi, informasi, dan infrastruktur yang jauh lebih baik. 

Penulis, Widyaiswara Lembaga Pejaminan Mutu Pendiidkan (LPMP) Jawa Barat.

Catatan:

Semua foto yang terpampang pada tulisan ini adalah dokumen pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun