Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Benarkah Gerakan Literasi Sekolah Mengalami Stagnasi?

1 April 2017   06:14 Diperbarui: 4 April 2017   17:21 3911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibarat menanam, GLS usianya masih baru. Perlu dipupuk, dipelihara, dilindungi dari “hama-hama” agar dapat tumbuh dengan baik hingga dapat menghasilkan buah atau bunga yang indah. GLS dipelihara dengan semangat, kerja keras, dan komitmen yang tinggi dari semua pelakunya. “Hama-hama” GLS antara lain; rasa malas, kebosanan, sikap abai, kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar, dan sebagainya. Ketika “hama-hama” tersebut tidak dapat dibasmi, maka tidak mustahil GLS akan mengalami stagnasi atau bahkan mati suri.

Ketika GLS yang bertujuan mulia yaitu membangun minat baca yang diharapkan pada meningkatnya budaya menulis mengalami stagnasi, ibarat penyakit, bagi Saya ini adalah endemik yang berbahaya terhadap kelangsungannya. Oleh karena itu, harus segera diobati sebelum “virusnya” makin menyebar. Jangan sampai stagnasi literasi menjadi “musibah akademik” di negara kita yang masih berjuang membangun bangsa yang literat.

Berkaca kepada program-program yang bersifat “proyek”, kegiatan dapat berjalan dengan baik ketika proyeknya masih berjalan, tetapi ketika “proyek” itu telah selesai, maka jalannya kegiatan terseok-seok, terbengkalai, bahkan terhenti. Hal ini pun dapat terjadi ketika GLS dilakukan melalui pendekatan “proyek”, ramai diawal, tapi sepi diakhir “proyek.” Itulah yang menjadi kekhawatiran Saya secara pribadi, dan semoga itu tidak terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun