Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Literasi dan Membangun Adab terhadap Buku

20 Maret 2017   06:42 Diperbarui: 20 Maret 2017   16:00 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu tanda orang literat adalah mampu membangun adab terhadap buku. (Foto : http://ekanadashofa.staff.uns.ac.id)

Data statistik UNESCO pada 2012 juga menyebutkan indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, dari 1.000 penduduk, hanya satu warga yang tertarik untuk membaca. Menurut indeks pembangunan pendidikan UNESCO ini, Indonesia berada di nomor 69 dari 127 negara.

Merujuk pada data BPS, hingga 2010 jumlah masyarakat Indonesia yang tidak bisa membaca dan menulis (buta huruf) sebanyak 7.752.627 orang yang terdiri atas 2.816.207 orang pria dan 4.936.420 orang wanita. Sebanyak 722.774 orang berusia antara 15-24 tahun, 2.725.913 orang berusia 25-44 tahun, dan sebanyak 4.303.940 orang berusia 45 tahun ke atas. Setiap tahun, jumlah warga negara Indonesia yang buta aksara terus menurun. Dalam 10 tahun terakhir (2005-2015), dari sekitar 15 juta orang kini tersisa sekitar empat juta sampai lima juta jiwa. (Republika).

Roger Farr mengatakan bahwa membaca adalah jantungnya pendidikan, tanpa membaca, pendidikan akan mati. Penelitian Baldrige (1987) menyatakan bahwa manusia modern dituntut untuk membaca tidak kurang dari 840.000 kata per minggu. Berdasarkan kepada hal tersebut, jika sebuah bangsa ingin jadi bangsa yang modern harus membudayakan membaca.

Disatu sisi budaya baca bangsa Indonesia rendah, tetapi di sisi lain, begitu cerewet di media sosial. Apa saja ditulis, dan apa saja dikomentari. Hoax beredar dengan mudah, dan membully orang lain seolah menjadi hal yang lumrah. Indonesia termasuk negara dengan jumlah pengguna medsos paling besar di dunia. Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), tahun 2016, tercatat pengguna internet di Indonesia sebanyak 132 juta orang.  Dari jumlah tersebut, penggunan FB sebanyak 71,6 juta (54%), instagram sebanyak 19,9 juta (15%), dan youtube sebanyak 14,5 juta (15%).

Mengutip laporan Bank Dunia Nomor 16369-IND, dan studi IEA ( International Association for the Evaluation of Education Achicievement) di Asia Timur, tingkat terendah membaca dipegang oleh negara Indonesia dengan skor 51,7, di bawah Filipina (skor 52,6), Thailand ( skor 65,1), Singapura (skor 74,0), dan Hongkong (skor 75,5). Bukan itu saja, kemampuan orang Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah, hanya 30 persen. Data lain juga menyebutkan (UNDP) dalam Human Report 2000, bahwa angka melek huruf orang dewasa Indonesia hanya 65,5 persen. Sedangkan Malaysia sudah mencapai 86,4 persen, dan negara-negara maju seperti Jepang, Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat umumnya sudah mencapai 99,0 persen.

Taufiq Ismail pernah membandingkan budaya baca di kalangan pelajar saat ini. ia menyebutkan, rata-rata lulusan SMA di Jerman membaca 32 judul buku, di Belanda 30 buku, Russia 12 buku, Jepang 15 buku, Singapura 6 buku, Malaysia 6 buku, Brunei 7 buku, sedangkan Indonesia nol buku. Ia menyebut kondisi ini dengan istilah “tragedi nol buku”, yaitu generasi yang tidak membaca satu pun buku dalam satu tahun, generasi yang rabun membaca, dan lumpuh menulis.

Buku adalah sumber ilmu. Dengan demikian, ketika seseorang menghargai buku, sama halnya dengan menghargai ilmu, dan salah satu bentuk menghargai ilmu adalah dengan menghargai para ahli ilmu, atau para penulis buku. Salah satu cara menghargai penulis adalah dengan membeli bukunya. Buku adalah harta, baik bagi penulisnya, bagi pembacanya, dan bagi sebuah peradaban. Jika ingin menghancurkan sebuah gagasan, pemikiran, maka hancurkankanlah buku-bukunya, bungkam penulisnya, pada rezim otoriter, penulisnya dipenjara bahkan dibunuh.

Dalam rangka membangun adab terhadap buku, maka hal yang penting untuk dikembangkan adalah Gerakan Cinta Buku. Gerakan ini perlu ditanamkan mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Saya melihat bahwa gerakan ini mulai tumbuh, dan kesadaran terhadap pentingnya membaca mulai muncul. Tinggal terus dipupuk dan diperkuat, agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang literat.

Membangun adab terhadap buku adalah cermin manusia yang mencintai ilmu pengetahuan dan bermental pembelajar. Hargai ilmu, hargai buku, dan hargai penulisnya. Semoga generasi nol buku seperti yang digambarkan oleh Taufiq Ismail tidak terjadi di masa depan seiring dengan semakin meningkatnya adab terhadap buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun