Ayah : Itu Bu Retno Marsudi, Menteri luar negeri.
Anak : Terus yang dekat Bu Retno itu siapa?
Ayah : Mungkin Menteri luar negeri Arab Saudi
Anak : Abi, kalau raja Indonesia siapa?
Ayah : Di Indonesia tidak ada raja. Indonesia dipimpin oleh seorang presiden.
Anak : Mengapa Arab dipimpin raja?
Ayah : Karena Arab Saudi sebuah kerajaan (sang Ayah sambil menjelaskan perbedaan sistem pemerintahan Indonesia dengan Arab Saudi).
Sang anak sebenarnya tampak masih bersemangat untuk bertanya, tetapi terpotong oleh kumandang adzan maghrib.
Pertanyaan sang anak ibarat berondongan peluru yang keluar dari senapan AK 47. Sang ayah harus sigap, cepat, dan tepat dalam menjawab untuk memuaskan rasa ingin tahu sang anak. Sambil menjawab pertanyaan, dalam hatinya, sang ayah merasa bangga karena anaknya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, kritis, dan peka terhadap urusan sosial dan pemerintahan, tidak seperti anak kebanyakan yang lebih senang bermain dan abai terhadap permasalahan sosial, politik, dan pemerintahan. Mungkin hal ini tidak lepas dari situasi lingkungan rumah dimana pesawat TV lebih banyak digunakan untuk melihat program berita dibandingkan dengan melihat sinetron-sinetron picisan.
Dalam konteks K-13, hal inilah yang disebut pendekatan saintifik (5M). Sang anak mengamati, bertanya, mengumpulkan informasi, menalar dan akhirnya dapat mengomunikasikan. Pesan dari dialog tersebut adalah lingkungan dapat membentuk kemampuan berpikir kritis anak, dan orang tua guru pertama bagi anak harus melek informasi alias harus literat agar dapat membimbing anaknya belajar di rumah.Â
Penulis, Ketua Komunitas Pegiat Literasi Jabar (KPLJ).