Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Raja Salman dalam Dialog Ayah dan Anak

1 Maret 2017   22:01 Diperbarui: 1 Maret 2017   22:08 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayah : Itu Bu Retno Marsudi, Menteri luar negeri.

Anak : Terus yang dekat Bu Retno itu siapa?

Ayah : Mungkin Menteri luar negeri Arab Saudi

Anak : Abi, kalau raja Indonesia siapa?

Ayah : Di Indonesia tidak ada raja. Indonesia dipimpin oleh seorang presiden.

Anak : Mengapa Arab dipimpin raja?

Ayah : Karena Arab Saudi sebuah kerajaan (sang Ayah sambil menjelaskan perbedaan sistem pemerintahan Indonesia dengan Arab Saudi).

Sang anak sebenarnya tampak masih bersemangat untuk bertanya, tetapi terpotong oleh kumandang adzan maghrib.

Pertanyaan sang anak ibarat berondongan peluru yang keluar dari senapan AK 47. Sang ayah harus sigap, cepat, dan tepat dalam menjawab untuk memuaskan rasa ingin tahu sang anak. Sambil menjawab pertanyaan, dalam hatinya, sang ayah merasa bangga karena anaknya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, kritis, dan peka terhadap urusan sosial dan pemerintahan, tidak seperti anak kebanyakan yang lebih senang bermain dan abai terhadap permasalahan sosial, politik, dan pemerintahan. Mungkin hal ini tidak lepas dari situasi lingkungan rumah dimana pesawat TV lebih banyak digunakan untuk melihat program berita dibandingkan dengan melihat sinetron-sinetron picisan.

Dalam konteks K-13, hal inilah yang disebut pendekatan saintifik (5M). Sang anak mengamati, bertanya, mengumpulkan informasi, menalar dan akhirnya dapat mengomunikasikan. Pesan dari dialog tersebut adalah lingkungan dapat membentuk kemampuan berpikir kritis anak, dan orang tua guru pertama bagi anak harus melek informasi alias harus literat agar dapat membimbing anaknya belajar di rumah. 

Penulis, Ketua Komunitas Pegiat Literasi Jabar (KPLJ).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun