Saya terkagum-kagum ketika membuka buku sejarah kerajaan-kerajaan Sunda yang ditulis oleh sejarawan dari Unpad Prof. Nina Lubis. Buku tersebut berukuran cukup besar. Ketika Saya membuka buku tersebut, Saya terkejut. Disamping terdapat tulisan, ternyata juga “bisa bicara” dan bisa menampilkan gambar-gambar sesuai dengan deskripsi yang disampaikan.
Ada suara yang seolah membaca naskah pada tiap lembar buku yang dibuka. Ketika buku tersebut ditutup, maka suara dan gambar-gambar tersebut otomatis berhenti atau hilang. Luar biasa. Seumur-umur baru Saya menemukan buku yang “bisa bicara” di Bale Panyawangan ini.
Masuk ke ruangan berikutnya, ada “sepeda ontel ajaib” yang bisa dikendarai oleh pengunjungi. Mengapa Saya menyebutnya “sepeda ontel ajaib?” karena ketika kita mengayuhnya, kita seolah-olah jalan-jalan menyusuri kota Purwakarta dengan mengendarai sepeda. Rute yang dilalui terlihat pada layar di depan pengendara. Sepeda harus terus dikayuh supaya kita bergerak dan maju. Kalau sepeda berhenti, maka pada layar ada perungatan bahwa sepeda harus terus digowes. Pokoknya menyenangkan jalan-jalan virtual menyusuri kota Purwakarta dengan mengendarai “sepeda ontel ajaib.”
Masuk ke ruangan berikutnya, terdapat koleksi berbagai jenis wayang golek, foto-foto kegiatan Kang Dedi selama memimpin Purwakarta. Di ruangan ini lagi-lagi Saya terkagum-kagum. Ada sebuah Juke Box yang berisi lagu-lagu ciptaan Kang Dedi, lagu-lagu daerah, dan lagu-lagu nusantara. Kita tinggal menggerakkan tangan dan jari untuk memilih lagu yang diinginkan, dan video lagu pun berputar secara otomatis.
Kang Dedi adalah sosok pemimpin yang nyelenehdan fenomenal. Oleh karena itu, Beliau sangat terkenal. Banyak orang yang ingin berfoto bersamanya, sementara tidak semua orang memiliki kesempatan. Di Bale Panyawangan, pengunjung bisa berfoto secara virtual dengan Kang Dedi. Saya dibantu oleh sang guide untuk berfoto bersama Kang Dedi.
Saya berdiri di depan layar, lalu tiba-tiba “Kang Dedi” datang di depan Saya dan creklangsung difoto. Hasilnya pun dapat dicetak sebagai kenang-kenangan.