Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Etika Berbeda Pendapat di Media Sosial

8 Juli 2016   22:40 Diperbarui: 8 Juli 2016   23:36 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah grup terdiri dari anggota yang berasal dari latar beragam yang berbeda, banyak yang belum saling mengenal, dan belum tahu karakter masing-masing. Oleh karena itu, ketika berdiskusi di medsos kita harus sangat hati-hati dalam menyampaikan pendapat atau menyanggah pendapat orang lain, karena dapat ditanggapi beragam oleh anggota yang lain.

Ketika ada perbedaan pendapat, maka ada etika yang harus diperhatikan, antara lain: pertama, ketika ingin menambahkan pendapat orang lain, kita memohon izin dulu kepada orang yang pendapatnya akan kita tambah.

Kedua, ketika ingin menyanggah sebuah pendapat, kita jangan buru-buru melakukannya, baca dan baca lagi pendapat yang ingin kita sanggah, pelajari kira-kira mengapa si penulis berpendapat demikian, bahkan kalau perlu kita jangan malu untuk menjapri yang bersangkutan dan bertanya mengapa dia berpendapat seperti itu? Dan apa yang menjadi dasarnya? Karena pada dasarnya orang berpendapat sesuai dengan apa yang dibaca dan apa yang dialaminya, jangan terlalu cepat memvonis pendapat orang lain salah ketika pendapat tersebut tidak sesuai dengan pendapat kita.

Ketiga, kalaupun kita ingin mengoreksi pendapat orang lain, sampaikan dengan baik dan elegan, gunakan kata-kata yang halus dan santun, tidak menggurui dan tidak mempermalukan, bahkan kalau dipandang akan berdampak kurang baik, tidak perlu disampaikan di forum umum, lebih baik di japri saja, supaya orang yang dikoreksi tidak merasa dihakimi dan dipermalukan. Sebuah tujuan yang baik tentunya harus dilakukan dengan cara yang baik pula.

Keempat, pendapat yang kita sampaikan sifatnya hanya untuk dipertimbangkan oleh orang yang kita beri pendapat, bukan untuk dipaksakan, karena pendapat kita juga belum tentu lebih baik dari pendapat orang lain.

Kelima, hindari perdebatan secara terbuka di grup, karena ibaratnya kita berdebat di muka umum dan disaksikan banyak orang. Tidak semua orang senang dengan perdebatan tersebut, karena HP mereka akan terus berbunyi. Mereka justru akan kesal karena merasa terganggu. Selain itu, tidak semua anggota grup tertarik dengan masalah yang diperdebatkan.

Perdebatan di muka umum adalah hal yang tidak elok. Sebisa mungkin hindari berdebat, apalagi mendebatkan hal-hal yang tidak terlalu penting. Saya ingat dengan sebuah pepatah, "Walau Anda menang berdebat, tapi hakikatnya Anda telah kehilangan kawan."

Berpendapat adalah hak setiap orang, tapi perlu disampaikan secara santun dan bertanggung jawab. Jangan sampai justru memperunyam masalah atau memutuskan silaturahmi, karena akan sangat merugikan bagi kita. selain itu, debat yang tidak sehat juga dilarang oleh ajaran agama. Wallaahu a'lam.

Garut, 3 Syawal 1437 H/ 8 Juli 2016.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun